11 November, 2008

Hikmah hidup



DETIK-DETIK AKHIR KEHIDUPAN

Oleh : sis zainudin/1. Masyahidul Ihtidar oleh Syaikh Abdurrahman as-Syayiâ™ dan Sultan Fahd ar-Rasyid

Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Rabbmulah kamu akan dikembalikan. (As-Sajdah:11)

Hari demi hari, bulan demi bulan, bulanpun berganti tahun. Berpuluh tahun yang lalu, waktu itu kita masih dalam rahim ibunda, kemudian terlahir menjadi bayi mungil yang menggemaskan, lalu tumbuh menjadi balita yang lucu, dilanjutkan dengan menjadi anak-anak, kemudian remaja dan jadilah seperti sekarang yaitu menjadi dewasa, menjadi orang tua anak-anaknya ataupun sudah mempunyai cucu. Karena sunnatullah, sebuah ketetapan dari Allah Subhanahu wa ta'ala seiring dengan berjalannya waktu kita manusia pasti akan berubah menjadi tua dan kemudian mati.

Begitu kira-kira gambaran sederhana tentang siklus hidup manusia di dunia. Dalam perjalanannya, kadang-kadang ada orang yang melewati hidupnya sampai ia berumur seratus tahunan lebih, 80an, 60an, atau rata-rata manusia dapat bertahan hidup. Ada pula yang hanya menikmati kehidupan hanya separuh abad. Namun tak jarang pula, yang masih muda, badan terlihat sehat dan sempurna, tidak sedikit yang sudah meregang nyawa, tentu dengan cara dan jalan yang berbeda-beda. Dan banyak pula cerita tentang bayi yang masih dalam kandungan yang belum sempat merasakan hidup di dunia, dan belum sempat merasakan hangat pelukan Ibunya, dibunuh (aborsi) oleh ibunya sendiri lantaran kehadirannya tidak dikehendaki, karena kehamilannya buah dari hubungan yang terlarang yang bisa membawa aib bagi diri dan keluarganya, na'udzubillah min dzalik.

Karena ajal memang tak pernah memilih kita sudah tua atau muda, masih panjangkah jatah waktu kita hidup ataukah sudah habis masa untuk berpijak di bumi ini. Dan kebanyakan dari manusia melupakan akan datangnya kematian, mereka lupa kalau ajal selalu mengintai di manapun mereka berada. Mereka terlupakan oleh ramainya dunia, terlena dengan manisnya syahwat, silau dengan gemerlapnya harta. Terlalu sibuk dengan keinginan-keinginan yang belum kita capai. Adalah baik ketika keinginan atau cita-cita kita adalah hal yang berorientasikan akherat, tapi kebanyakan dari kita dilenakan oleh keinginan-keinginan yang bersifat kesenangan semu belaka.

Sampai-sampai kita lupa bahwa kematian sudah sampai di pelupuk mata. Semua terperdaya oleh hingar-bingarnya dunia ini. Kebanyakan waktu hidupnya digunakan untuk sibuk kesana-kemari menggali, mengelola dan menumpuk harta. Dan saat-saat ketika sakaratul maut itu datang menghampiri barulah ia sadar betapa kehidupan di dunia amatlah singkat, dan merataplah ia dengan penyesalan yang sangat ketika menyadari bahwa umurnya telah habis untuk urusan-urusan pangkat, syahwat dan harta. Tinggallah kini menunggu kedatangan malaikat maut dan merasakan betapa tersiksa dan sakitnya saat sakaratul maut. Sakit yang tak dapat dikira karena amat terasa sakitnya.

Sebagian ulama menegaskan bahwa rasa sakit pada sakaratul maut hanya diketahui hakikatnya oleh orang yang sudah merasakannya. Orang yang belum merasakannya tentu hanya bisa mengetahuinya sekedar berdasarkan analogi dengan berbagai rasa sakit yang pernah dirasakan.

Rasa sakit pada sakaratul maut langsung menghunjam ruh itu sendiri sehingga menerobos seluruh organ-organ tubuhnya, seluruh jaringan sarafnya, seluruh urat-urat. di tubuhnya, bahkan juga seluruh persendian tubuhnya, hingga merambati akar rambut dan kulit dari atas kepala hingga ujung kaki

Jangan tanyakan rasa sakitnya. Sehingga sebagian orang mengatakan bahwa Kematian itu lebih menyakitkan daripada sabetan pedang, daripada gigitan gergaji dan sayatan gunting, karena rasa sakit akibat sabetan pedang, gigitan gergaji, dan sejenisnya hanya dirasakan karena adanya ruh atau nyawa. Bagaimana pula apabila yang dicabut adalah ruh sendiri ? Orang yang ditebas pedang masih dapat berteriak minta tolong karena masih tersisa kekuatan dalam hati dan pada lisannya. Akan tetapi orang yang menghadapi sakaratul maut sudah kehilangan suara dan teriakannya, kekuatannya sudah melemah, dan energi tubuhnya sudah musnah. Hal ini karena musibah sakaratul maut terkadang terlalu berat sehingga menguasai hati dengan rasa sakit yang dahsyat sehingga melumpuhkan seluruh anggota tubuh, mengguncang seluruh organ tubuh, dan melemahkan seluruh jengkal bagian tubuh, sehingga tidak tersisa lagi kekuatan untuk meminta pertolongan.

Bahkan, akal sekalipun telah tertutupi dan terganggu pula karena rasa sakit sakaratul maut; sementara lidah tiba-tiba menjadi bisu. Seluruh anggota tubuh menjadi lemah. Orang yang berada sakaratul maut berharap untuk dapat beristirahat sejenak melalui erangan dan teriakan atau melalui cara lain. Akan tetapi ia tidak mampu melakukannya. Kalaupun masih tersisa kekuatan, pasti saat ruh dicabut dan diangkat dari dalam tubuh akan terdengar gerengan dan suara kerongkongan dan dadanya. Namun, saat itu warna tubuhnya sudah berubah dan rasa sakit sudah menyerang seluruh tubuhnya, bagian luar maupun bagian dalamnya. Hingga akhirnya bagian hitam matanya naik sampai menyentuh kelopak mata, sementara lidah tertarik ke dalam hingga pangkalnya dan jari jemari juga menjadi kaku.

Maka, jangan ditanya lagi kondisi orang tersebut tatkala urat-uratnya seperti tercabut satu persatu. Masing-masing anggota tubuh kemudian mulai menjadi mati secara bertahap. Mulanya kedua kaki menjadi dingin, lalu kedua betisnya, kemudian kedua pahanya. Masing-masing anggota tubuh mengalami sakaratul maut dan mengalami musibah rasa sakit pada saat itu, hingga nyawa sampai di kerongkongan. Pada saat itulah pandangannya terhadap dunia dan penghuninya mulai sirna, dan pintu tobat pun sudah tertutup baginya. Dan tinggallah penyesalan dan kekecewaan yang mendalam menggelayuti dirinya.

Saudaraku tercinta, tidakkah engkau mengetahui bahwa kunjungan malaikat maut itu adalah sesuatu yang pasti ? telah ditakdirkan semenjak masa azali, panjang ataupun pendek umur kita ? Tidakkah kita menyadari bahwa kita semua hanya musafir yang akhirnya akan sampai tujuan dan meninggalkan perjalanannya ? Tidakkah kita menyadari bahwa perputaran hidup ini pasti berhenti, dan perputaran usia semakin mendekati penghujungnya ?.

Tidakkah kita menyadari bahwa setelah kunjungannya kita tidak akan mampu lagi melakukan satu kebajikan sekalipun ? kita tidak akan mampu shalat dua rokaat sekalipun ? Kita tidak akan mampu membaca al-Qur'an satu ayatpun ? Kita tidak akan mampu bertasbih, bertahmid, bertahlil, atau beristighfar satu kalipun. Kita tidak akan mampu berpuasa seharipun, atau bersedekah meski sepeserpun. Kita tidak akan mampu melakukan haji ataupun umroh lagi. Waktu beramal telah berlalu, yang tertinggal adalah hisab dan pembalasan terhadap kebajikan atau dosa-dosa.

Rasulullah solallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
"Perbanyaklah olehmu mengingat penghancur kenikmatan yaitu : mengingat kematian". HR. Tirmidzi dan Nasa'i dan Ibnu Hibban menshohihkannya.

Saudaraku...Manakah persiapan kita untuk berjumpa dengan malaikat maut ? Manakah persiapan kita untuk menghadapi hal-hal dahsyat sesudah kematian ? Dalam kubur, saat ditanya oleh dua malaikat, saat di Padang Mahsyar, saat hisab, saat dibukanya lembaran catatan amal perbuatan, saat meniti jembatan Ash-Shiroth, dan saat berdiri di hadapan Allah 'Aza wa Jalla.

Di waktu yang baik, sehabis shalat, sebelum tidur, saat mentadaburi ayat-ayat-Nya ataupun di penghujung malam ketika kita bersimpuh pasrah di hadapan-Nya, pernahkah terbayang seandainya saja kita mati dalam keadaan yang buruk, mati dalam kubangan lumpur kemaksiatan, mati dalam keadaan su'ul khatimah, sedangkan kita belum sempat untuk bertobat ? dan siapkah kita menanggung azab kubur yang mengerikan ? na'udzubillah min dzalik wallahu a'lam bisshowab.¨Ibnu Zainudin

Memory malam itu


Akhirnya kekerasan hati manusia bisa juga diruntuhkan oleh sang waktu, dan aku semakin percaya, Allah SWT juga yang mempunyai kuasa atas kehidupan manusia & makhlukNya yang lain dimuka bumi ini. Semua peristiwa apapun yang terjadi dalam kehidupanku semenjak aku berangkat dewasa, semua itu menjadi suri tauladan untukku dikemudian hari agar selalu berhati-hati dalam keadaan apapun, baik itu bersosialisasi bersama teman-teman ataupun dilingkungan sanak saudara. Tidak ada hal yang istimewa dalam diri manusia untuk dapat disombongkan kepada sesamanya, tidak ada satupun harta benda yang berharga didunia ini yang dapat mengembalikan sang waktu, segalanya ditentukan oleh pribadi & hati kita masing-masing dalam menyikapi berbagai masalah atau problema yang kita alami sepanjang hidup kita, yang pada akhirnya jangan sampai bermuara kepada rasa penyesalan yang amat sangat dalam dikemudian hari karena dampak dari keangkuhan hati mempertahankan keyakinan diri yang belum tentu benar menurut pandangan orang lain, naudzubillah.... Saat ini kita harus terus banyak belajar bagaimana menata hati, bagaimana untuk mencoba bersabar, bagaimana mengendalikan hawa nafsu serta emosi yang terkadang datangnya tidak tiba-tiba, terkadang bertambah besar dengan datangnya hembusan angin yang tidak bertanggung jawab atas akibat dari apa yang telah dilakukannya. Tetapi nampaknya Allah SWT sangat menyayangiku, DIA masih menunjukkan kuasaNYA saat itu bahwa atas segala kehendakNyalah semua peristiwa itu dapat terjadi. Entah perasaan apalagi yang masih menghantuiku saat anggota lain belum dapat tempat yang semestinya karena terganjal dengan kenyataan pahit yang sampai detik ini harus masih dirasakan, dan coba untuk menetralisir dengan mencari pembenaran diri. Sebagai seorang insan manusia yang masih dapat berpikir jernih atas peristiwa tersebut, mencoba agar segalanya dapat berakhir damai, karena pada akhirnya bermuara pada satu pangkal, bahwa kita ini saudara sekandung. Tak ada gunanya segalanya harus berakhir dengan niatan yang tidak baik dimata Allah SWT dan para malaikatNya,ataupun mencari pembenaran diri, mencoba menghakimi satu sama lain, sama sekali tak akan pernah berakhir dengan damai begitu juga dimata masyarakat umum mungkin terasa janggal bila satu keluarga tidak dapat saling melindungi satu sama lain, apalagi bila terjadi dengan orang lain ?, zaman telah berubah, segala sesuatunya bisa berakhir dengan kedamaian & dapat segera diselesaikan dengan musyawarah, karena negara kitapun adalah negara demokrasi, apa salahnya kita belajar open mind serta berjiwa besar dalam menghadapi hidup ini. Kita tidak akan pernah berhasil memaksakan kehendak kita kepada siapapun, apalagi merubah watak seseorang, karena itu semua adalah karunia Allah SWT, yang menjadi keunikan serta perbedaan antara satu individu, dengan yang lainnya. Setiap insan manusia memang diciptakan dengan keunikan masing-masing yang menjadi ciri khas tiap individu, sekarang bagaimana caranya supaya hati kita dapat menerima perbedaan pribadi tersebut ? Semoga dapat menjadi masukan yang berguna untuk dapat membantu mendewasakan jalan pikiran serta hati kita masing-masing, yang mungkin saat ini tergerus dengan suatu kebiasaan yang mungkin mulai saatnya harus dirubah, supaya dikemudian hari dapat dijalani dengan kedamaian hati dan pikiran. Perdebatan tidak harus berakhir dengan pertikaian yang panjang bukan......masih banyak yang dapat kita lakukan yaitu yang positif guna mengisi kehidupan kita masing-masing yang entah kapan akan berakhir, karena hidup di dunia ini hanyalah sementara saja, tidak ada yang abadi, perbedaanya hanya waktu saja, masih ada kehidupan lain yang menanti kita, yang mengharapkan agar kita mengisi hidup ini dengan amal ibadah kebaikan.

10 November, 2008

madio senja hari


Tulusnya cinta seseorang bukanlah diukur dari seberapa besar pengorbananmu... atau sedalam apa luka yg kamu dapat semenjak kamu menyerahkan rasa cintamu kepadanya... Berharganya cinta bukanlah diukur dari berapa lama kamu terpuruk atau hanya kepada siapa yg bisa buatmu melupakan cinta yang lalu, Mengharap cinta sejati hanya dapat di raih dengan perasaan, "Bila kamu memang mencintai... kamu tak perlu mengukur itu semua, untuk mengetahui bagaimana dalamnya cintamu, karena jauh dalam lubuk hatimu yang paling dalam hatimu sudah bisa merasakan betapa kamu mencintainya......

Wanita masa kini




Perhatikanlah, betapa banyak kita saksikan para wanita yang bertabaruj atau menampakkan keindahan perhiasan tubuhnya didepan umum. Kita lihat para wanita yang belajar dan bekerja diantara barisan para lelaki, mereka bekerja bersama lelaki sebagaimana salah seorang mereka bekerja bersama salah seorang keluarganya yang mahram, mengendarai mobil dan bersafar bersamanya

Setiap insan pernah merasakan cemburu, namun adakah rasa cemburu tatkala melihat kemaksiatan ? Kini kita lihat bagaimana fenomena yang ada bila rasa cemburu telah hilang.

Betapa banyak orang yang mengaku dirinya memiliki rasa cemburu, namun justru menanggalkan pakaian malu dengan melakukan perbuatan-perbuatan haram atau membiarkan kemaksiatan. Padahal Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam telah mewasiatkan kepada umatnya agar memiliki akhlak Al-Ghoiroh (cemburu).

Beliau telah menerangkan kedudukan akhlak yang utama ini dalam sabdanya (yang artinya) :
“Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala cemburu dan cemburunya Allah bila seseorang mendatangi apa yang Allah haramkan atasnya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Beliau Shalallahu’alaihi Wassallam menjelaskan bahwa Allah memiliki sifat cemburu bila dilanggar keharaman-keharamannya dan dilampaui batasan¬-batasannya, dan siapa yang telah melanggar apa yang Allah haramkan berarti telah (berani) melewati sebuah pagar yang besar.

Akhlak AI-Ghoiroh ini begitu menghujam dalam hati para sahabat, karena perhatian dan kesungguhan mereka dalam mengikuti wasiat Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam. Sa’ad bin Ubadah Radhiyallahu ‘anhu berkata :
“Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama istriku niscaya aku akan memukulnya dengan pedang sebagai sangsinya. Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda, “Apakah kalian takjub dengan cemburunya Sa’ad, sesungguhnya aku lebih cemburu darinya dan Allah lebih cemburu dari padaku”. (HR. Al Bukhari).

Akhlak ini juga berpengaruh dalam diri Aisyah Radhiyallahu ‘anha tatkala ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda :”Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak bersandal, telanjang dan belum berkhitan”. Aku berkata, “Perempuan dan laki-laki berkumpul, (berarti) sebagian mereka akan melihat sebagian yang lain ?!” Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda, “Wahai Aisyah ! Urusan saat itu lebih mengerikan dari pada mereka saling melihat”. (HR. Al Bukhari).
Karena rasa cemburulah Aisyah Radhiyallahu ‘anha belum berfikir tentang ketakutan yang terjadi pada hari itu.

Demikian pula Ali Radhiyallahu ‘anhu ketika diutus kesuatu negeri beliau berkata kepada penduduknya : “Aku telah mendengar bahwa wanita-wanita kalian akan mendekati orang-orang kafir azam di pasar-pasar, tidakkah kalian cemburu, sesungguhnya tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak memiliki rasa cemburu.”

Begitulah Al-Ghoiroh yang besar dalam diri para sahabat dan akhlak ini akan tetap berpengaruh pada diri orang-orang yang berpegang teguh dengan atsar salaf dan mengikuti jalan mereka.
Sebaliknya, al-ghoiroh hanya sekedar menjadi pengakuan bagi orang-orang yang ucapannya menyelisihi perbuatannya. Mereka mengaku memiliki rasa cemburu, namun membiarkan istri dan anak-anak perempuannya keluar rumah dengan menampakkan wajah, lengan, dada dan lekuk- lekuk tubuh, kemudian menjadi tontonan gratis para lelaki jalanan.

Suami yang demikian hendaknya memperhatikan peringatan Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam dalam sabdanya :
“Tiga gologan yang tidak akan masuk syurga dan Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan dayyuts.” (HR. Nasa’i 5 :80-81; Hakim 1: 72, 4 : 146, Baihaqi 10 : 226 dan Ahmad 2 : 134).

Dayyuts ditafsirkan hadits-hadits lain, yaitu : Seorang kepala rumah tangga yang membiarkan kejelekan atau kerusakan dalam rumah tangganya. (Fathul Bari 10 : 401). Dayuts juga ditafsirkan oleh ulama : orang yang tidak cemburu terhadap istrinya.
Karena tiadanya rasa cemburu, akhirnya nampaklah perbuatan-perbuatan yang mengotori rasa malu dan melemahkan muru’ah (wibawa) sebagaimana perbuatan wanita-wanita jahil zaman sekarang.

Perhatikanlah, betapa banyak kita saksikan para wanita yang bertabaruj atau menampakkan keindahan perhiasan tubuhnya didepan umum. Kita lihat para wanita yang belajar dan bekerja diantara barisan para lelaki, mereka bekerja bersama lelaki sebagaimana salah seorang mereka bekerja bersama salah seorang keluarganya yang mahram, mengendarai mobil dan bersafar bersamanya atau kita lihat juga perginya seorang wanita bersama sopir pribadi ke tempat-tempat seperti pasar, sekolah dan lain-lain, tanpa rasa malu sedikitpun, bahkan sopir tadi dengan bebasnya keluar masuk rumah sebagaimana mahramnya tanpa wanita itu merasa berdosa dan malu pada sopirnya, dengan dalih ia hanya seorang sopir.

Betapa banyak terjadi kesalahan dan pelanggaran kehormatan dengan sebab mengikuti hawa nafsu dan kebodohan. Kita lihat pula perbuatan wanita yang membeli dan melihat majalah- majalah cabul dan film hina serta mendengarkan musik dan lagu. Atau perbuatan wanita yang menari dalam resepsi pernikahan dan berbagai pesta dengan diiringi hiruk-pikuknya suara musik serta mengenakan pakaian yang dapat membangkitkan syahwat.

Lalu, apakah para wanita itu mengetahui apa makna malu yang sebenarnya?!!. Ataukah para wali-wali para wanita itu menyangka bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki AI-Ghoiroh (cemburu) ?!! Sungguh hal itu amat jauh
Oleh karena itu hendaklah kita kembali dan bertaubat kepada Allah aza wajalla dan menghisab atas apa yang telah kita lakukan berupa kebaikan dan keburukan.

(Disadur dari Kutaib wa Asafa Alal Ghoiroh oleh Ummu Abdillah)
Buletin Da’wah Al-Atsari, Cileungsi Edisi XII Syawal 1419/1999


ALLAH DI ATAS ARASY

Allah yang menciptakan kita, mewajibkan kita untuk mengetahui di mana Dia, sehinga kita dapat menghadap kepadaNya dengan hati, do’a dan shalat kita. Orang yang tidak tahu di mana tuhannya akan tersesat, tidak tahu kemana ia menghadap kepada sembahannya, dan tidak dapat melaksanakan ibadah (penghambaan) kepadaNya dengan sebenar-benarnya. Sifat Maha tinggi yang dimiliki Allah atas makhluknya tidak berbeda dengan sifat-sifat Allah yang lain sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan hadits shahih, seperti : mendengar, melihat, berbicara, turun dan lain-lainnya.
Aqidah para ulama salaf yang shaleh dan golongan yang selamat “Ahlussunnah wal Jamaah” telah mengimani apa yang diberitakan Allah dalam Al-qur’an dan apa yang diberitakan Rasulnya dalam hadits, tanpa ta’wil (menggeser makna yang asli ke makna yang lain). Ta’thil (meniadakan maknanya sama sekali) dan tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluknya).

Hal ini berdasarkan firman Allah :

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuura : 11).
Sifat-sifat Allah ini, antara lain Mahatinggi dan bahwa Dia berada di atas makhluk, adalah sesuai dengan keagungan Allah. Oleh karena itu iman kepada sifat-sifat Allah tersebut wajib, sebagaimana juga iman kepada dzat Allah, Imam Malik ketika ditanya tentang firman Allah :
“Allah Yang Maha Pemurah bersemayam di atas Arsy.” (QS. Taha : 5).
Beliau menjawab : Istiwa itu sudah dimaklumi artinya (Yaitu : bersemayam atau berada di atas). Tetapi bagaiamana hal itu tidak dapat diketahui. Kita hanya wajib mengimaninya dan mempertanyakannya adalah bid’ah.
Perhatikanah jawaban Imam Malik tadi yang menetapkan bahwa iman kepada “istiwa” itu wajib diketahui oleh setiap muslim, yang berarti : bersemayam atau berada di atas.tetapi bagaimana hal itu, hanya Allah saja yang mengetahi. Orang yang mengingkari sifat Allah yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan hadits -antara lain sifat Maha tinggi Allah mutlak dan Allah di atas langit- maka orang itu berarti telah mengingkari ayat Al-Qur’an dan hadits yang menetapkan adanya sifat-sifat tersebut. Sifat-sifat tersebut meliputi sifat-sifat kesempurnaan., keluhuran dan keagungan yang tidak boleh diingkari oleh siapapun.
Usaha orang-orang yang datang belakangan untuk mentakwilkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan sifat-sifat Alah, karena terpengaruh oleh filsafat yang merusak aqidah Islam, menyebabkan mereka menghilangkan sifat-sifat Allah yang sempurna dari dzatNya. Mereka menyimpang dari metode ulama salaf yang lebih selamat, lebih ilmiah dan lebih kuat argumentasinya. Alangkah indahnya pendapat yang mengatakan :
Segala kebaikan itu terdapat

Dalam mengikuti jejak ulama salaf
Dan segala keburukan itu terdapat
Dalam bid’ah yang datang kemudian.

KESIMPULAN :

Beriman kepada seluruh sifat-sifat Allah yang telah diterangkan Al-Qur’an dan hadits adalah wajib. Tidak boleh membeda-bedakan antara sifat yang satu dengan sifat yang lain, sehingga hanya mau beriman kepada sifat yang satu dan ingkar kepada sifat yang lain. Orang yang percaya bahwa Allah itu Maha mendengar dan Maha Melihat, dan percaya bahwa Allah itu Maha tinggi di atas langit sesuai dengan keagungan Allah dan tidak sama dengan tingginya makhluk, karena sifat MahatinggiNya itu adalah sifat yang sempurna bagi Allah. Hal itu sudah ditetapkan sendiri oleh Allah dalam kitabnya dan sabda Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam Fitrah dan cara berfikir yang sehat juga mendukung kenyataan tersebut.

ALLAH DI ATAS ARASY

Al-Qur’an, hadits shaheh, naluri dan cara berfikir yang sehat telah mendukung kenyataan bahwa Allah berada di atas arasy.

1. Firman Allah :
“Allah Yang Maha Pemurah bersemayam di atas Arasy.” (QS. Thaha : 5)
Pengertian ini sebagaimana diriwayatikan bukhari dari beberapa tabi’in.

2. Firman Allah :
“Apakah kamu merasa aman trehadap Yang di langit? Bahwa Dia akan menjungkir-balikkan bumi bersama kamu…? (QS. Al-Mulk : 16).

3. Firman Allah :
“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang berada di atas mereka…” (QS. An-Nahal : 50).

4. Firman Allah tentang Nabi Isa ‘Alaihis salam :
“Tetapi Allah mengangkatnya …” (QS. An-Nisa’ : 158)
Maksudnya Allah menaikkan Nabi Isa ke langit.”

5. Firman Allah :
“Dan Dialah Allah (Yang disembah) di langit …” (Al-An’am : 3)
Ibnu Katsir mengomentari ayat ini sebagai berikut : para ahli tafsir sependapat bahwa kita tidak akan berkata seperti ucapan kaum jahmiyah (golongan yang sesat) yang mengatakan bahwa Allah itu berada di setiap tempat. Maha suci Allah dari ucapan mereka.”
Adapun firman Allah :
“Dan Allah selalu bersamamu di mana kamu berada …” (QS. Al-Hadid : 4).
Maksudnya bahwa dia bersama kita : mengetahui, mendengar dan melihat kita di manapun kita berada. Apa yang disebutkan sebelum dan sesudah ayat ini menjelaskan hal tersebut, seperti keterangan dalam tafsir Ibnu Katsir.

6. Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam mi’raj ke langit ketujuh dan difirmankan kepadanya oleh Allah serta diwajibkan untuk melakukan shalat lima waktu. (riwayat Bukhari dan Muslim).

7. Sabda Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam :
“Kenapa kamu tidak mempercayaiku, padahal aku dipercaya oleh Allah yang berada di langit.? (HR. At Tirmidzi).

8. Sabda Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam :
“Sayangilah orang-orang yang ada di bumi maka yang di langit (Allah) akan menyayangimu.” (HR. At Tirmidzi).

9. Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam pernah menanyai seorang budak wanita :
“Di mana Allah?” jawabnya : “Di langit”,” Rasululloh bertanya lagi : “siapa saya?” dijawab lagi : “Kamu Rasul Allah.” Lalu Rasululloh bersabda :
“Merdekakanlah dia karena dia seorang mu’minah.” (Hadits Riwayat Muslim).

10. Sabda Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam :
“Arsy itu berada di atas air, dan Allah berada di atas Arsy, Allah mengetahui keadaan kamu.” (Hadits hasan riwayat Abu Daud).

11. Abu Bakar shiddiq berkata : “Barangsiapa menyembah Allah, maka Allah berada di langit, Ia Maha hidup dan tidak mati.” (Riwayat Imam Darimi dalam al radd alal jahmiyah).

12. Abdullah bin Mubarak pernah ditanya : “Bagaimana kita mengetahui Tuhan kita?” Maka beliau menjawab : “Tuhan kita berada di atas langit, di atas Arsy, berbeda dengan makhluknya. “Maksudnya : dzat Allah berada di atas Arsy, berbeda dan berpisah dengan makhluknya, dan keadaanya di atas Arsy tersebut tidak sama dengan mahkluk.

13. Para imam empat (Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal) telah sepakat bahwa Allah berada di atas Arsy, tidak ada seorangpun dari makhluk yang serupa denganNya.

14. Orang yang sedang shalat selalu mengucapkan : “Subhana Rabbial A’laa (Maha suci Tuhanku Yang Maha Tinggi). Ketika berdo’a, ia juga mengangkat tangannya dan menadahkan ke langit.

15. Anak kecil ketika anda tanya di mana Allah, dia akan segera menjawab berdasarkan naluri mereka bahwa Allah berada di langit.

16. Cara berfikir yang sehat juga mendukung kenyataan bahwa Allah di langit. Seandainya Allah ada di semua tempat, niscaya Rasululloh pernah menerangkan dan mengajarkan kepada para sahabatnya. Kalau Allah berada di segala tempat, berarti Allah juga berada di tempat-tempat najis dan kotor. Maha suci Allah dari anggapan yang demikian itu.

17. Pendapat yang mengatakah bahwa Allah berada di segala tempat, berarti bahwa Dzat Allah itu banyak, karena banyaknya tempat. Akan tetapi karena Dzat Allah itu satu, dan mustahil banyak, maka pendapat yang mengatakan bahwa Allah berada di segala tempat adalah batil. Maka tentulah Allah itu di langit, di atas Arsy-Nya, dan dia bersama kita : mengetahui, mendengar dan melihat kita di manapun kita berada.
Dikutip dari buku Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyarakat, Muhammad Ibn Jamil Zainu.


Allah Subhannaahu wa Ta’ala telah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. 66:6)

Dan di dalam ayat yang lain disebutkan,“peliharalah dirimu dari Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir.” (QS. 2:24)

Kedua ayat di atas memperingat-kan kita agar menjaga diri dari api Neraka dengan cara menempuh jalan yang lurus. Karena jika di akhirat nanti seseorang dimasukkan ke Nereka, ‘na’udzu billah min dzalik’, maka tidak ada lagi jalan keselamatan dan tidak akan diterima segala macam tebusan. Suatu hari yang tiada berguna lagi harta benda dan anak cucu, kecuali orang yang menghadap Allah dengan membawa hati yang salim, selamat dari kemusyrikan, bid’ah dan aneka macam perbuatan dosa.


Sedikit Gambaran tentang Neraka

Dia adalah penjara yang penuh dengan siksaan yang pedih, jurang amat dalam yang di dalamnya berkobar api yang menyala dan bergejolak. Panasnya tujuh puluh kali lipat dibandingkan panas api yang ada di dunia saat ini, Nabi Shallallaahu Alaihi wa Sallam bersabda,

” Api yang biasa kalian nyalakan adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari api Jahannam.” (HR . Al-Bukhari)

Hawa paling panas yang ada di dunia ini tak lain adalah sedikit hembusan dari Neraka Jahannam. Sabda Nabi Shallallaahu Alaihi wa Sallam,

“Tunggulah hingga agak dingin untuk shalat (Zhuhur), karena panas yang ber-lebihan adalah sebagian dari hembusan Jahannam.” (HR. Al-Bukhari)

Berkata Ka’ab al-Akhbar, “Demi Dzat yang jiwa Ka’ab ada ditangan-Nya, andaikan engkau ada di ujung timur dan Neraka ada di ujung barat, kemudian Neraka itu di singkap, maka otak kalian akan ke luar meleleh dari kedua lobang hidung, karena panasnya yang dahsyat. Wahai manusia, apakah kalian merasa tentram dengan ini? Ataukah kalian akan mampu bersabar terhadapnya? Wahai manusia, berbuat taat kepada Allah lebih ringan bagi kalian dari pada menanggung siksa seperti ini, maka taatlah kalian semua kepada-Nya! (At-Tadzkirah fi ahwalil mauta wa umur al akhirah 2/145).

Tentang luasnya Neraka, Rasulullah Shallallaahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Tahukah kalian apa ini? Kami semua menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui”. Beliau bersabda, “Ini adalah batu, jika dilem-parkan ke dalam Neraka semenjak tujuh puluh tahun, maka ia masih melayang di Neraka sampai saat ini (belum menyentuh dasarnya, pent).”(HR. Muslim)

Api Neraka meyiksa manusia sesuai dengan tingkat dosa yang diperbuat. Sabda Nabi Shallallaahu Alaihi wa Sallam, “Sebagian orang ada yang dilalap api Neraka hingga kedua mata kakinya, sebagian lagi ada yang hingga kedua lututnya, sebagian lagi ada yang dilalap hingga pinggangnya dan ada juga yang disiksa hingga tengkuk lehernya.” (HR. Muslim)

Rasulullah Shallallaahu Alaihi wa Sallam juga telah bersabda, “Pada Hari Kiamat didatangkan penghuni neraka yakni seorang yang ketika di dunia mendapatkan kenikmat-an paling besar, kemudian ia dicelupkan ke dalam Neraka sekali celupan lalu ditanya, “Wahai anak Adam adakah engkau masih melihat karunia yang tersisa? Apakah kini engkau merasakan sedikit kenikmatan? Maka ia menjawab, “Demi Allah tidak sama sekali wahai Rabb.” (HR Muslim)

Di antara Penghuni Neraka

- Orang-orang musyrik, termasuk Yahudi, Nashrani, Majusi,mulhidin (pembangkang) dan secara umum semua orang yang menyekutukan Allah atau melakukan syirik akbar. Firman Allah Subhannaahu wa Ta’ala , artinya,

“Sesungguhnya telah kafirlah orang- orang yang berkata,”Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putra Maryam”, padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabbmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. 5:72)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia me-ngampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. 4:48)

Sedangkan ahlul ma’shiyah (pelaku maksiat) dari orang muslim, maka dia di bawah kehendak Allah, jika menghendaki, maka Dia akan mengampuni dan jika menghendaki, maka Dia akan menyiksa.

- Nabi Shallallaahu Alaihi wa Sallam bersabda tentang penghuni Neraka,

“Maukah kalian aku beritahu penduduk neraka? (Yaitu) Setiap orang yang besar kepala, angkuh lagi sombong.” (HR. Al-Bukhari-Muslim)

- Beliau juga memberitahukan bahwa wanita yang bertabarruj (mengumbar aurat dan kecantikannya) termasuk penghuni Neraka. Sabda beliau Shallallaahu Alaihi wa Sallam,

“Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat; Yaitu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli orang-orang dengannya. Dan wanita-wanita yang memakai baju tapi telanjang, berjalan dengan menggoyang-goyangkan pundak-nya dan berlenggak-lenggok.Kepala mereka seperti punuk unta yang condong. Mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan mendapat wanginya, pada-hal sungguh wangi Surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR . Muslim)

- Meninggalkan shalat, merupakan penyebab terjerumusnya seseorang masuk Neraka. Allah berfirman,

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (Neraka) Mereka menja-wab, “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin dan adalah kami membica-rakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya dan adalah kami mendustakan hari pembalasan” (QS. 74: 42 - 46)

Rasulullah Shallallaahu Alaihi wa Sallam juga bersabda,

“Perjanjian antara kita dengan mereka (orang kafir) adalah shalat, maka barang siapa meninggalkannya ia telah kafir.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah menyebutkan sejumlah dosa secara global yang merupakan penyebab dari masuknya seseorang ke dalam Neraka, yaitu: Menyekutukan Allah Ta’ala; Mendustakan para rasul; hasad (dengki); Dusta; Khianat; Berbuat aniaya, kekejian; Ingkar janji; Memutuskan silaturrahmi; Pengecut dalam berjihad; Bakhil; Munafik; Berputus asa dari rahmat Allah; Merasa aman dari makar Allah; Berkeluh kesah terhadap musibah; Angkuh; Sombong atas nikmat yang diterima; Meninggalkan hal-hal yang wajib; Melanggar hudud (batasan dari Allah); Menerjang keharaman-Nya, takut kepada makhluk bukan kepada Allah; Beramal karena riya’ dan sum’ah; Menyelishi Al-Qur’an dan as-Sunnah baik dalam perbuatan atau pun keyakinan; Taat kepada manusia dalam rangka maksiat kepada Allah; Fanatik terhadap kebatilan; Mengolok-olok ayat-ayat Allah, menentang kebenaran; Menyembunyikan sesuatu yang seharusnya disampaikan baik ilmu maupun kesaksian; Sihir; Durhaka kepada kedua orang tua; Membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali secara haq; Memakan harta anak yatim; Riba; Lari dari medan pertempuran; Menuduh berzina wanita baik-baik dan terjaga kehormatannya; Melakukan zina atau liwath; Ghibah dan namimah dan lain-lain yang telah di jelaskan keharaman-nya di dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah.

Barang siapa yang menjauhinya, maka berarti ia telah menempuh jalan keselamatan, dan barang siapa yang menerjangnya, maka berarti ia telah menjatuhkan dirinya ke dalam kehinaan dan penyesalan.

Rasulullah Shallallaahu Alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak menjerumuskan orang ke dalam Neraka, maka beliau menjawab, “Mulut dan Kemaluan.” (HR. At-Tirmidzi dan ia menyatakan hasan). Hadits ini mengisyaratkan kepada kita semua agar senantiasa menjaga dua anggota badan tersebut agar termasuk orang-orang yang selamat dari api Neraka.

Cara Menyelamatkan Diri dari Neraka

Allah karena rahmat-Nya menjelaskan jalan-jalan keselamatan dari siksa Neraka. Allah menunjukkan jalan yang harus ditempuh agar seseorang tidak terjerumus ke dalamnya. Cara yang paling penting adalah sbb.

1.Memurnikan Tauhid kepada Allah

Mari kita perhatikan sabda Nabi Shallallaahu Alaihi wa Sallam berikut ini,

“Sesungguhnya Allah telah mengharam-kan neraka bagi orang yang mengucap-kan “La ilaha illallah,” karena semata-mata mengharap wajah Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dan dalam hadits yang lain Nabi Shallallaahu Alaihi wa Sallam juga telah bersabda,

“Wahai anak Adam, sesungguhnya selagi kalian mau berdoa dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam meskipun dosamu itu sampai ke awan di langit kemudian kamu mau minta ampun kepada-Ku maka aku akan mengampu-nimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam kalaupun engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi dan engkau menjumpai-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu, maka Aku akan menda-tangkan kepadamu sepenuh bumi ampu-nan.” (HR. At-Tirmidzi dan dia berkata hadits hasan shahih).

Itulah jaminan ampunan bagi yang menauhidkan (mengesakan-Nya). Tidak menyekutukan-Nya dalam ber-do’a, ibadah, nadzar, raja’ (berharap), istighatsah, tawakkal, pengharapan dan ketakutan, juga di dalam memutuskan perkara, padahal ia tahu akan tuntutan tauhid berupa mengesakan Allah dalam seluruh ibadah serta menjauhi segala kemusyrikan dengan berbagai macam dan bentuknya.

Allah Subhannaahu wa Ta’ala telah berfirman,

Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS. 6:162-163)

Maka tauhid yang murni yang tidak tercampuri dengan kemusyrikan, baik yang besar maupun yang kecil adalah syarat mutlak untuk keselamat-an seseorang dari Neraka.

Tauhid yang murni membuahkan ketaatan kepada Allah dan ketundukan terhadap-Nya. Karena tauhid dan iman tempatnya di hati. Apabila tauhidnya bagus, maka seluruh perbuatan anggota badan akan ikut bagus pula. Maka apa yang diperintahkan oleh Allah akan segera dilaksanakannya, selalu taat, mengikuti dan takut kepada-Nya.

2. Senantiasa Bertaubat

Allah telah menjadikan taubat sebagai kunci kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat. Dia berfirman,

“Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. 24:31)

Dalam ayat ini Allah mengaitkan antara keberuntungan dengan taubat. Artinya bertaubat dari perbuatan yang tidak baik adalah salah satu jalan keselamatan dari api Neraka. Manusia meskipun telah berusaha sekuat tenaga untuk berbuat kebaikan, tetap saja ia memiliki sisi kekurangan dan kelemahan, baik yang disadari atau tidak, hal ini merupakan sunnatullah. Maka jalan yang terbaik adalah selalu membiasakan bertaubat dan mohon ampun kepada Allah.

Sumber : Kutaib, “Kaila Tuhsyaru fil Jahim” al-Qism al-Ilmi Darul Wathan.

Hikmah

Oleh Kholid Syamhudi

Kita diciptakan didunia ini untuk satu hikmah yang agung dan bukan hanya untuk bersenang-senang dan bermain-main. Tujuan dan himah penciptaan ini telah dijelaskan dalam firman Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ مَآأُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَآ أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ إِنَّ اللهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS. 51:56-58)

Allah telah menjelaskan dalam ayat-ayat ini bahwa tujuan asasi dari penciptaan manusia adalah ibadah kepadaNya saja tanpa berbuat syirik.

Sehingga Allah pun menjelaskan salahnya dugaan dan keyakinan sekelompok manusia yang belum mengetahui hikmah tersebut dengan menyakini mereka diciptakan tanpa satu tujuan tertentu dalam firmanNya :

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لاَ تُرْجَعُونَ

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami. (QS. 23:115)

Ayat yang mulia ini menjelaskan bahwa manusia tidak diciptakan secara main-main saja, namun diciptakan untuk satu hikmah. Allah tidak menjadikan manusia hanya untuk makan, minum dan bersenang-senang dengan perhiasan dunia, serta tidak dimintai pertanggung jawaban atas semua prilakunya didunia ini. Tentu saja jawabannya adalah kita semua diciptakan untuk satu himah dan tujuan yang agung dan dibebani perintah dan larangan, kewajiban dan pengharaman, untuk kemudian dibalas dengan pahala atas kebaikan dan disiksa atas keburukan (yang dia amalkan) serta (mendapatkan) syurga atau neraka.

Demikianlah seorang manusia yang ingin sukses harus dapat bersikap profesional dan proforsonal dalam mencapai tujuan tersebut, sebab sesungguhnya tujuan akhir seorang manusia adalah mewujudkan peribadatan kepada Allah dengan iman dan taqwa. Oleh karena itu orang yang paling sukses dan paling mulia disisi Allah adalah yang paling taqwa, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. 49:13)

Namun untuk mencapai kemulian tersebut membutuhkan dua hal:

1, I’tishom bihablillah. Hal ini dengan komitmen terhadap syariat Allah dan berusaha merealisasikannya dalam semua sisi kehidupan kita. Sehingga dengan ini kita selamat dari kesesatan. Namun hal inipun tidak cukup tanpa perkara yang berikutnya, yaitu;

2, I’tishom billah. Hal ini diwujudkan dalam tawakkal dan berserah diri serta memohon pertolongan kepada Allah dari seluruh rintangan dan halangan mewujudkan yang pertama tersebut. Sehingga dengannya kita selamat dari rintangan mengamalkannya.

Sebab seorang bila ingin mencapai satu tujuan tertentu, pasti membutuhkan dua hal, pertama, pengetahuan tentang tujuan tersebut dan bagaimana cara mencapainya dan kedua, selamat dari rintangan yang menghalangi terwujudnya tujuan tersebut.

Imam Ibnu Al Qayyim menyatakan: Poros kebahagian duniawi dan ukhrowi ada pada I’tishom billahi dan I’tishom bihablillah dan tidak ada kesuksesan kecuali bagi orang yang komitmen dengan dua hal ini. Sedangkan I’tishom bi hablillah melindungi seseorang dari kesesatan dan I’tishom billahi melindungi seseorang dari kehancuran. Sebab orang yang berjalan mencapai (keridhoan) Allah seperti seorang yang berjalan diatas satu jalanan menuju tujuannya. Ia pasti membutuhkan petunjuk jalan dan selamat dalam perjalanan, sehingga tidak mencapai tujuan tersebut kecuali setelah memiliki dua hal ini. Dalil (petunjuk) menjadi penjamin perlindungan dari kesesatan dan menunjukinya kejalan (yang benar) dan persiapan, kekuatan dan senjata menjadi alat keselamatan dari para perampok dan halangan perjalanan. I’tishom bi hablillah memberikan hidayah petunjuk dan mengikuti dalil sedang I’tishom billah memberikan kesiapan, kekuatan dan senjata yang menjadi penyebab keselamatannya di perjalanan.[1]

Oleh karena itu hendaknya kita menekuni bidang kita masing-masing sehingga menjadi ahlinya tanpa meninggalkan upaya mengenal, mengetahui dan mengamalkan ajaran islam yang merupakan satu kewajiban pokok setiap muslim. Agar dapat mencapai tujuan penciptaan tersebut dengan menjadikan keahlian dan kemampuan kita sebagai sarana ibadah dan peningkatan iman dan takwa kita semua.

Tentu saja hal ini menuntut kita untuk dapat mengambil faedah dan pengetahuan tantang syariat sebagai wujud syukur kita atas nikmat yang Allah anugerahkan. Semua itu agar mereka mengakui bahwa mereka adalah makhluk yang tunduk dan diatur dan mereka memiliki Rabb yang maha pencipta dan maha mengatur mereka.

Mudah-mudahan bermanfaat.

09 November, 2008

Taubat


Oleh Akhiy Fillah Abu Isma’il M. Abduh Tuasikal

Para pembaca yang semoga dirahmati Alloh, mungkin ada yang bertanya, “Aku ingin bertaubat, namun dosaku terlalu banyak. Tidak ada satu macam perbuatan keji pun melainkan telah kukerjakan. Tidak ada satu bentuk dosa pun melainkan aku telah terjerumus ke dalamnya. Mungkinkah Allah SWT mengampuni dosa-dosaku ?!!”
Bagi siapa saja yang merasa dosanya sulit diampuni maka perhatikanlah kisah berikut ini.

Kisah Taubat Pembunuh 100 Jiwa

Kisah ini diriwayatkan dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al Khudri rodhiyallohu ‘anhu, Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,

”Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang membunuh 99 jiwa, lalu ia bertanya tentang orang yang paling alim di muka bumi, maka ia ditunjukkan kepada seorang rahib (ahli ibadah), lalu ia mendatangi rahib tersebut dan berkata, ’Jika ada orang yang membunuh 99 jiwa, apa taubatnya bisa diterima?’. Rahib pun menjawab, ‘Tidak.’ Lalu orang tersebut membunuh rahib itu sehingga genap sudah dia membunuh 100 nyawa. Kemudian ia kembali bertanya tentang orang yang paling alim di muka bumi, lalu ia ditunjukkan kepada seorang yang ‘alim, lalu dia berkata, ’Jika ada orang telah membunuh 100 jiwa, apakah masih ada pintu taubat untuknya?’ Orang alim itu pun menjawab, ‘Ya Siapakah yang menghalangi nya untuk bertaubat? Pergilah ke daerah ini karena di sana terdapat sekelompok orang yang menyembah Alloh Ta’ala, maka sembahlah Alloh bersama mereka dan janganlah kembali ke daerahmu yang dulu karena daerah tersebut adalah daerah yang jelek.’ Laki-laki ini lantas pergi menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut. Ketika sampai di tengah perjalanan, maut menjemputnya. Maka terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat azab. Malaikat rahmat berkata, ‘Orang ini pergi untuk bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Alloh’. Sedangkan malaikat azab berkata, ‘Sesungguhnya orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun’. Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai juru damai. Malaikat ini berkata,’Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju,pen.), daerah yang jaraknya lebih dekat, maka daerah tersebut yang berhak atas orang ini.’ Mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan teryata orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju, Oleh karena itu ruhnya dibawa oleh malaikat rahmat.” (HR. Bukhori & Muslim)

Wahai saudaraku, siapakah yang dapat menghalangi dari pintu taubat? Laki-laki ini telah membunuh 100 nyawa dan dia telah Alloh ampuni. Jika demikian mengapa Anda berputus asa dari rohmat Alloh dan ampunan-Nya yang begitu luas ??!

Pesan yang terkandung dalam kisah di atas

Pertama; Pembunuh masih memiliki kesempatan untuk bertaubat. Dalilnya adalah firman Alloh yang artinya, “Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, namun Dia mengampuni dosa-dosa di bawah syirik, bagi siapa yang Dia kehendaki.” (An Nisaa’ : 48). Yaitu Alloh mengampuni dosa-dosa di bawah syirik, apabila Dia menghendaki. Iini merupakan pendapat mayoritas para ulama. Ayat ini juga menunjukkan tentang keutamaan ikhlas dan ikhlas merupakan sebab dosa terampuni.

Kedua; Hati ahli maksiat lebih mudah tergugah untuk bertaubat kepada Alloh daripada ahli bid’ah karena dia merasa berbuat salah.

Ketiga; Orang yang berilmu lebih utama daripada ahli ibadah karena ahli ibadah yang jahil (bodoh) terkadang dengan kejahilannya bertindak ‘ngawur’ sekalipun menurut dia hal itu baik. Bertitik tolak dari hal ini dapat diketahui bahwa orang yang terjun berdakwah, harus memiliki ilmu agar tidak membuat kerusakan yang lebih besar.

Keeempat; Orang yang bertaubat hendaknya berpindah dari lingkungan yang jelek ke lingkungan yang baik. Karena bergaul dengan orang-orang sholeh merupakan penyebab iman menjadi kuat dan tipu daya syaithon makin lemah.

Luasnya ampunan Allah SWT

Pembaca yang semoga dirahmati Alloh, perhatikanlah hadits qudsi berikut yang menceritakan luasnya ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala!! Dari Anas rodhiyallohu ‘anhu, saya mendengar Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman, “…Hai anak Adam, sungguh seandainya kamu datang menghadapKu dengan membawa dosa sepenuh bumi, dan kau datang tanpa menyekutukan-Ku dengan sesuatupun. Sungguh Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani di Shohihul Jaami’).
Semoga Alloh menerima taubat dan membersihkan dosa-dosa kita. Amiin

Menyambut Hari Pahlawan 10 Nopember 2008'


Diambil dari millist sebelah

Soekarno - Sejarah yang tak memihak
Posted by Iman Brotoseno under:

SEJARAH SOEKARNO .

Malam minggu. Hawa panas dan angin
seolah diam tak berhembus. Malam
ini saya bermalam di rumah ibu saya.
Selain rindu masakan sambel
goreng ati yang dijanjikan, saya juga
ingin ia bercerita mengenai
Presiden Soekarno. Ketika semua mata
saat ini sibuk tertuju, seolah
menunggu saat saat berpulangnya
Soeharto, saya justru lebih tertarik
mendengar penuturan saat berpulang Sang
proklamator. Karena orang tua saya
adalah salah satu orang yang pertama
tama bisa melihat secara langsung
jenasah Soekarno.
Saat itu medio Juni 1970. Ibu yang baru
pulang berbelanja, mendapatkan
Bapak ( almarhum ) sedang menangis
sesenggukan.
" Pak Karno seda " ( meninggal )
Dengan menumpang kendaraan militer
mereka bisa sampai di Wisma Yaso.
Suasana sungguh sepi. Tidak ada
penjagaan dari kesatuan lain kecuali 3
truk berisi prajurit Marinir (dulu KKO).
Saat itu memang Angkatan Laut, khususnya
KKO sangat loyal terhadap Bung Karno.
Jenderal KKO Hartono - Panglima KKO -
pernah berkata ,
" Hitam kata Bung Karno, hitam kata KKO.
Merah kata Bung Karno, merah kata KKO "

Banyak prediksi memperkirakan seandainya
saja Bung Karno menolak untuk turun, dia
dengan mudah akan melibas Mahasiswa dan
Pasukan Jendral Soeharto, karena dia
masih didukung oleh KKO, Angkatan Udara,
beberapa divisi Angkatan Darat seperti
Brawijaya dan terutama Siliwangi dengan
panglimanya May.Jend Ibrahim Ajie.

Namun Bung Karno terlalu cinta terhadap
negara ini. Sedikitpun ia tidak mau
memilih opsi pertumpahan darah sebuah
bangsa yang telah dipersatukan dengan
susah payah. Ia memilih sukarela turun,
dan membiarkan dirinya menjadi tumbal
sejarah.
The winner takes it all. Begitulah sang
pemenang tak akan sedikitpun
menyisakan ruang bagi mereka yang kalah.
Soekarno harus meninggalkan
istana pindah ke istana Bogor .
Tak berapa lama datang surat dari
Panglima Kodam Jaya - Mayjend Amir
Mahmud - disampaikan jam 8 pagiyang
meminta bahwa Istana Bogor harus sudah
dikosongkan jam 11 siang.
Buru buru Bu Hartini, istri Bung Karno
mengumpulkan paka ian dan barang
barang yang dibutuhkan serta
membungkusnya dengan kain sprei. Barang
barang lain semuanya ditinggalkan.
" Het is niet meer mijn huis " -
sudahlah, ini bukan rumah saya lagi ,
demik ian Bung Karno menenangkan istrinya.

Sejarah kemudian mencatat, Soekarno
pindah ke Istana Batu Tulis sebelum
akhirnya dimasukan kedalam karantina di
Wisma Yaso.
Beberapa panglima dan loyalis dipenjara.
Jendral Ibrahim Adjie diasingkan menjadi
dubes di London . Jendral KKO Hartono
secara misterius mati terbunuh di rumahnya.

Kembali kekesaksian yang diceritakan ibu
saya. Saat itu belum banyak yang datang,
termasuk keluarga Bung Karno sendiri.
Tak tahu apa mereka masih di RSPAD
sebelumnya. Jenasah dibawa ke Wisma
Yaso. Di ruangan kamar yang suram,
terbaring sang proklamator yang separuh
hidupnya dihabiskan di penjara dan
pembuangan kolonial Belanda. Terbujur
dan mengenaskan.
Hanya ada Bung Hatta! dan Ali Sadikin -
Gubernur Jakarta - yang juga berasal
dari KKO Marinir.

Bung Karno meninggal masih mengenakan
sarung lurik warna merah serta baju hem
coklat. Wajahnya bengkak bengkak dan
rambutnya sudah botak.
Kita tidak membayangkan kamar yang
bersih, dingin ber AC dan penuh dengan
alat alat medis disebelah tempat
tidurnya. Yang ada hanya termos dengan
gelas kotor, serta sesisir buah pisang
yang sudah hitam dipenuhi jentik jentik
seperti nyamuk. Kamar itu agak luas, dan
jendelanya blong tidak ada gordennya.
Dari dalam bisa terlihat halaman
belakang yang ditumbuhi rumput alang
alang setinggi dada manusia !.

Setelah itu Bung Karno diangkat.
Tubuhnya dipindahkan ke atas karpet
di lantai di ruang tengah.
Ibu dan Bapak saya serta beberapa orang
disana sungkem kepada jenasah, sebelum
akhirnya Guntur Soekarnoputra datang,
dan juga orang orang lain.

Namun Pemerintah orde baru juga
kebingungan kemana hendak dimakamkan
jenasah proklamator.
Walau dalam Bung Karno berkeingan agar
kelak dimakamkan di Istana Batu Tulis,
Bogor . Pihak militer tetap tak mau
mengambil resiko makam seorang Soekarno
yang berdekatan dengan ibukota .Maka
dipilih Blitar, kota kelahirannya
sebagai pe risti rahatan terakhir.
Tentu saja Presiden Soeharto tidak
menghadiri pemakaman ini.

Dalam catatan Kolonel Saelan, bekas
wakil komandan Cakrabirawa,
" Bung karno diinterogasi oleh Tim
Pemeriksa Pusat di Wisma Yaso.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara cara
yang amat kasar, dengan memukul
mukul meja dan memaksakan jawaban.
Akibat perlakuan kasar terhadap
Bung Karno, penyakitnya makin parah
karena memang tidak mendapatkan
pengobatan yang seharusnya diberikan. "
(Dari Revolusi 1945 sampai Kudeta 1966)

dr. Kartono Mohamad yang pernah
mempelajari catatan tiga perawat Bung
Karno sejak 7 februari 1969 sampai 9
Juni 1970 serta mewancarai dokter
Bung Karno berkesimpulan telah terjadi
penelantaran. Obat yang diberikan hanya
vitamin B, B12 dan duvadillan untuk
mengatasi penyempitan darah. Padahal
penyakitnya gangguan fungsi ginjal. Obat
yang lebih baik dan mesin cuci darah
tidak diberikan.
( Kompas 11 Mei 2006 )

Rachmawati Soekarnoputri, menjelaskan
lebih lanjut,
" Bung Karno justru dirawat oleh dokter
hewan saat di Istana Batutulis. Salah
satu perawatnya juga bukan perawat.
Tetapi dari Kowad"
( Kompas 13 Januari 2008 )

Sangat berbeda dengan dengan perlakuan
terhadap mantan Presiden Soeharto, yang
setiap hari tersedia dokter dokter dan
peralatan canggih untuk memperpanjang
hidupnya, dan masih didampingi tim
pembela yang dengan sangat gigih membela
kejahatan yang dituduhkan. Sekalipun
Soeharto tidak pernah datang berhadapan
dengan pemeriksanya, dan ketika tim
kejaksaan harus datang ke rumahnya di
Cendana. Mereka harus menyesuaikan
dengan jadwal tidur siang sang Presiden!

Malam semakin panas. Tiba tiba saja
udara dalam dada semakin bertambah
sesak. Saya membayangkan sebuah bangsa
yang menjadi kerdil dan munafik.

Apakah jejak sejarah tak pernah
mengajarkan kejujuran ketika justru
manusia merasa bisa meniupkan roh roh
kebenaran ?
Kisah tragis ini tidak banyak diketahui
orang. Kesaksian tidak pernah menjadi
hakiki karena selalu ada tabir tabir di
sekelilingnya yang diam membisu.
Selalu saja ada korban dari mereka yang
mempertentangkan benar atau salah.

Butuh waktu bagi bangsa ini untuk
menjadi arif.
Kesadaran adalah Matahari
Kesabaran adalah Bumi
Keberanian menjadi cakrawala
Keterbukaan adalah pelaksanaan kata kata
( * WS Rendra )