13 Juni, 2012

MUKJIZAT AL - QURAN TERUNGKAP : Ada Kobaran Api di Dasar Laut

 Baru-baru ini muncul sebuah fenomena retakan di dasar lautan yang mengeluarkan lava, dan lava ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya lebih dari seribu derajat Celcius. Meskipun suhu lava tersebut luar biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap, dan walaupun air laut ini berlimpah-luah, ia tidak bisa memadamkan api. Allah bersumpah dengan fenomena kosmik unik ini.

 Firman-Nya: “Ada laut yang di dalam tanahnya ada api” (Qs. Ath-Thur 6).

 Nabi SAW bersabda: “Tidak ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan.”

 Ulasan Hadits Nabi Hadits ini sangat sesuai dg sumpah Allah SWT yang dilansir oleh Al-Qur’an pada permulaan Surah Ath-Thur, di mana Allah bersumpah (Maha Besar Allah yang tidak membutuhkan sumpah apapun demi lautan yang di dalam tanahnya ada api “al-bahrul masjur.” Sumpahnya:

 “Demi bukit, dan kitab yang ditulis; pada lembaran yang terbuka; dan demi Baitul Ma’mur; dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun yang dapat menolaknya.” (Qs. Ath-Thur: 1-8)

 Bangsa Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada api ini. Karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara” sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau mendidih.

 Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu yang bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak salah satunya? …tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat…

 Persepsi demikian mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini sebagai peristiwa di akhirat (bukan di dunia nyata). Apalagi didukung dengan firman Allah SWT:

 “Dan apabila lautan dipanaskan” (QS. At-Takwir 6).

 Memang, ayat-ayat pada permulaan Surah At-Takwir mengisyaratkan peristiwa-peristiwa futuristik yang akan terjadi di akhirat kelak, namun sumpah Allah SWT dalam Surah Ath-Thur semuanya menggunakan sarana-sarana empirik yang benar-benar ada dan dapat ditemukan dalam hidup kita (di dunia). Hal inilah yang mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa kata kerja “sajara” selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas. Dan mereka ternyata menemukan makna dan arti lain dari kata “sajara,” yaitu “mala’a” dan “kaffa” (memenuhi dan menahan).

 Mereka tentu saja sangat gembira dengan penemuan makna dan arti baru ini karena makna baru ini dapat memecahkan kemusykilan ini dengan pengertian baru bahwa Allah SWT telah memberikan anugerah kepada semua manusia dengan mengisi dan memenuhi bagian bumi yang rendah dengan air sambil menahannya agar tidak meluap secara berlebihan ke daratan. Namun, hadits Rasulullah SAW yang sedang kita bahas ini secara singkat menegaskan bahwa: Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.

 Setelah Perang Dunia II, para peneliti turun dan menyelam ke dasar laut dan samudera dalam rangka mencari alternatif berbagai barang tambang yang sudah nyaris habis cadangannya di daratan akibat konsumerisme budaya materialistik yang dijalani manusia sekarang ini.

 Mereka dikejutkan dengan rangkaian gunung berapi (volcanic mountain chain) yang membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah seluruh samudera bumi yang kemudian mereka sebut sebagai ‘gunung-gunung tengah samudera’. Dengan mengkaji rangkaian gunung-gunung tengah samudera ini tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat melalui sebuah jaring retak yang sangat besar.

 Jaring retak ini dapat merobek lapisan bebatuan bumi dan ia melingkupi bola bumi kita secara sempurna dari segala arah dan terpusat di dalam dasar samudera dan beberapa lautan. sedangkan kedalamannya mencapai 65 km. Kedalaman jaring retak ini menembus lapisan bebatuan bumi secara penuh hingga menyentuh lapisan lunak bumi (lapisan bumi ketiga) yang memiliki unsur bebatuan yang sangat elastis, semi cair, dan memiliki tingkat kepadatan dan kerekatan tinggi. Bebatuan lunak ini didorong oleh arus muatan yang panas ke dasar semua samudera dan beberapa lautan semacam Laut Merah dengan suhu panas yang melebihi 1.000 derajat Celcius.

 Batuan-batuan elastis yang beratnya mencapai jutaan ton ini mendorong kedua sisi samudera atau laut ke kanan dan ke kiri yang kemudian disebut oleh para ilmuwan dengan “fenomena perluasan dasar laut dan samudera.” Dengan terus berlangsungnya proses perluasan ini, maka wilayah-wilayah yang dihasilkan oleh proses perluasan itupun penuh dengan magma bebatuan yang mampu menimbulkan pendidihan di dasar samudera dan beberapa dasar laut. …meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut.

 Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan samudera…. Salah satu fenomena yang mencengangkan para ilmuwan saat ini adalah bahwa meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan samudera. Keseimbangan dua hal yang berlawanan: air dan api di atas dasar samudera bumi, termasuk di dalamnya Samudera Antartika Utara dan Selatan, dan dasar sejumlah lautan seperti Laut Merah merupakan saksi hidup dan bukti nyata atas kekuasaan Allah SWT yang tiada batas.

 Laut Merah misalnya, merupakan laut terbuka yang banyak mengalami guncangan gunung berapi secara keras sehingga sedimen dasar laut ini pun kaya dengan beragam jenis barang tambang. Atas dasar pemikiran ini, dilakukanlah proyek bersama antara Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, Sudan, dan salah satu negara Eropa untuk mengeksploitasi beberapa kekayaan tambang yang menggumpal di dasar Laut Merah. Kapal-kapal proyek ini melemparkan stapler barang tambang untuk mengumpulkan sampel tanah dasar Laut Merah tersebut.

 Stapler pengeruk sampel tanah itu diangkat dalam batang air yang ketebalannya mencapai 3.000 m. Dan jika stapler sampai ke permukaan kapal, tidak ada seorang pun yang berani mendekat karena sangat panasnya. Begitu dibuka, maka keluarlah tanah dan uap air panas yang suhunya mencapai 3.000 derajat Celcius. Dengan demikian, sudah terbukti nyata di kalangan ilmuwan kontemporer, bahwa ledakan gunung vulkanik di atas dasar setiap samudera dan dasar sejumlah laut jauh melebihi ledakan vulkanik serupa yang terjadi di daratan. …terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi…

 Kemudian terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi. Pecahan-pecahan lapisan berbatu bumi menembus lapisan ini hingga kedalaman tertentu mampu mencapai lapisan lunak bumi.

 Di dalam pisan lunak bumi dan lapisan bawahnya, magma vulkanik menyimpan air yang puluhan kali lipat lebih banyak dibanding debit air yang ada di permukaan bumi. Dari sini tampaklah kehebatan hadits Nabi SAW ini yang menetapkan sejumlah fakta-fakta bumi yang mencengangkan dengan sabda: “Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.” Sebab fakta-fakta ini baru terungkap dan baru bisa diketahui oleh umat manusia pada beberapa tahun terakhir.

 Pelansiran fakta-fakta ini secara detail dan sangat ilmiah dalam hadits Rasulullah SAW menjadi bukti tersendiri akan kenabian dan kerasulan Muhammad SAW, sekaligus membuktikan bahwa ia selalu terhubung dengan wahyu langit dan diberitahui oleh Allah Sang maha Pencipta langit dan bumi. Maha benar Allah yang menyatakan:

 “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan” (QS. An-Najm 3-10)

 Tidak seorang pun di muka bumi ini yang mengetahui fakta-fakta ini kecuali baru pada beberapa dekade terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam hadis Rasulullah SAW benar-benar merupakan kemukjizatan dan saksi yang menegaskan kenabian Muhammad SAW dan kesempurnaan kerasulannya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

 Sumber:

 1. Pembuktian Sains dalam Sunnah buku 1, karya Dr. Zaghlul An-Najjar.

 2. Video http://www.facebook.com/​video/​video.php?v=370011087607&re​f=mf

 Disalin dengan sedikit ubahsuai dari : http://​zharifalimin.blogspot.com/​2010/03/​mukjizat-al-quran-terungkap​-ada-kobaran.html

 Sesungguhnya orang yang beriman itu ialah orang yang apabila disebutkan Allah akan gementar hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya (ayat-ayat Allah) akan bertambahlah iman mereka, dan kepada Rab (Tuhan) mereka bertawakal. ( Surah an-Anfal : Ayat 2 )

 Wallahua'lam
PERGERAKAN GUNUNG GANANG


 Dalam sebaris ayat, kita telah dimaklumkan bahawa gunung-ganang bukanlah kaku seperti yang kita lihat, tetapi adalah dalam pergerakan secara berterusan.

 Firman Allah swt yang bermaksud : "Dan kamu melihat gunung-gunung itu, kamu menyangka ianya tetap di tempatnya, padahal ia bergerak seperti geraknya awan." ( Surah an-Naml ; ayat 88 )

 Pergerakan gunung-ganang ini adalah disebabkan oleh gerakan dalam kerak bumi di mana ia terletak. Kerak bumi 'terapung' di atas lapisan mantel, yang lebih padat.

 Pada awal kurun ke 20, pertama kali dalam sejarah apabila seorang saintis jerman bermana Alfred Wegener mengemukakan bahawa benua-benua bumi sebenarnya bergabung bersama ketika ia terbentuk pertama kali, tetapi kemudian hanyut dalam arah yang berbeza-beza, dan akhirnya terpisah ketika bergerak menjauhi antara satu sama lain.

 Pakar geologi baru hari ini menyedari bahawa Wegener sebenarnya adalah benar ketika mengemukakan fakta ini pada tahun 1980 an, 50 tahun selepas kematiannya. Seperti yang dinyatakan oleh Wegener dalam artikel yang diterbitkan pada tahun 1915, daratan bumi terbentuk dalam satu gugusan daratan 500 juta tahun lalu, dan daratan besar ini yang dipanggil Pangaea, terletak di kutub selatan.

 Melalui anggaran, 80 juta tahun lalu, Pangaea terbahagi kepada dua bahagian yang hanyut dalam arah yang berbeza. Satu dari benua gergasi ini ialah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Bahagian yang satu lagi dipanggil Laurasia yang meliputi Eropah, Amerika utara dan Asia kecuali India. Lebih dari 150 juta tahun selepas pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia berpecah kepada bahagian yang lebih kecil.

 Semua benua ini yang timbul selepas penghayutan dataran Pangaea, bergerak secara konstan di permukaan bumi pada kadar beberapa sentimeter setahun, pada masa yang sama menyebabkan perubahan keseimbangan laut dan darat di bumi.

 Ditemui sebagai satu hasil kajian geologikal yang dijalankan pada awal abad ke 20, pergerakan kerak bumi ini dijelaskan oleh saintis sebagai berikut;
 Kerak dan bahagian atas mantel, dengan ketebalan hampir 100 kilometer, terbahagi kepada beberapa segmen dipanggil daratan. Terdapat enam daratan besar dan beberapa daratan kecil.

 Berdasarkan kepada teori dipangil 'tektonik daratan', daratan ini bergerak berpusing permukaan bumi, dengan membawa benua-benua dan lantai lautan bersamanya….pergerakan benua telah disukat pada kadar 1-5 sentimeter per tahun. Pergerakan daratan yang berterusan ini akan mengubah sedikit demi sedikit kedudukan geografi dunia. Setiap tahun, sebagai contoh, lautan Atlantik menjadi sedikit lebih luas.

 Di sana harus dinyatakan beberapa fakta penting; Allah swt merujuk pergerakan gunung-ganang sebagai satu gerakan 'penghanyutan' dalam ayat tersebut. Hari ini, saintis moden juga menggunakan istilah "hanyutan benua' untuk fenomena ini.

 Suatu yang tidak diragui ialah satu dari keajaiban Al-Qur'an ialah fakta saintifik ini yang baru diketahui baru-baru ini melalui bidang sains, telah pun dikhabarkan dalam Al-Qur'an.
Dia mengalirkan dua lautan (air tawar dan air masin) (kemudian) keduanya bertemu. Di antara keduanya (ada) pemisah (yang) tidak keduanya melampaui. (Ar-Rahmaan : 19-20)

 Dalam teks Arab, perkataan barzakh bermaksud suatu batasan/sempadan atau pemisah. Sempadan ini bukannya suatu pemisah yang fizikal. Perkataan Arab maraja bermaksud ‘kedua-duanya bertemu dan bersebati antara satu sama lain’. Pentafsir-pentafsir Al-Qur’an terdahulu telah tidak dapat menjelaskan dua maksud yang bertentangan bagi dua badan air ini, iaitu kedua-duanya bertemu dan bersebati, dan pada masa yang sama terdapat suatu pemisah di antara kedua-duanya.

 Sains moden telah menemui bahawa di tempat-tempat di mana dua lautan berlainan bertemu, terdapat suatu pemisah di antara kedua lautan tersebut. Pemisah ini membahagikan kedua lautan ini supaya setiap lautan tersebut mempunyai suhu, tahap kemasinan dan kepadatannya yang tersendiri.Ahli-ahli oceanologi masakini telah dapat menjelaskan ayat Al-Qur’an di atas.Terdapat pemisah air yang condong yang tidak dapat dilihat di antara dua lautan ini, dan melalui pemisah ini air laut daripada suatu lautan masuk ke lautan yang lain.

 Tetapi apabila air daripada suatu lautan masuk ke lautan yang lain, ia kehilangan sifat-sifat tersendirinya dan menjadi sebati dengan air laut yang lain itu. Pemisah ini seolah-olah menjadi suatu kawasan proses sebatian dan perubahan bagi air dari kedua-dua lautan berkenaan.

 Fenomena saintifik yang dinyatakan di dalam Al-Qur’an ini juga telah disahkan oleh Dr. William Hay, seorang saintis marin dan professor sains geologi di Universiti Colorado, Amerika Syarikat.


 Al-Qur’an juga telah menjelaskan fenomena dalam ayat yang berikut:

 Dan Dia menjadikan antara dua lautan suatu pemisah…..(An-Naml : 61)

 Fenomena ini berlaku di beberapa tempat, termasuk pemisah di antara Laut Meditterranean dan Lautan Atlantik di Gibraltar.

 Tetapi apabila Al-Qur’an menerangkan mengenai pemisah di antara air tawar dan air masin, ia menyebut ujudnya suatu hadangan terlarang (forbidding partition) pada pemisah tersebut.

 Dan Dialah yang mengalirkan berdampingan dua laut, yang ini tawar segar dan yang lain masin pahit dan Dia menjadikan antara keduanya pemisah dan batas yang menghalangi (percampuran keduanya). (Al-Furqaan : 53)

 Sains moden telah menemui bahawa di muara-muara, di mana air tawar dan air masin bertemu, situasinya agak berbeda dari apa yang didapati di tempat-tempat di mana dua lautan bertemu.

 Penemuan ini mendapati apa yang membedakan air tawar dari air masin dalam muara-muara ialah suatu zon ‘pycnocline’ yang mempunyai ketidaksenambungan kepadatan yang sangat ketara yang memisahkan dua lapisan tersebut. Pembatasan ini (zon pemisah) mempunyai tahap kemasinan yang berbeda daripada air tawar dan air masin tersebut.

 Fenomena ini berlaku di beberapa tempat, termasuk Mesir, di mana Sungai Nil mengalir masuk ke Laut Mediterranean.


 Nota:

 Pycnocline adalah zon/lapisan dalam lautan di mana kepadatan air meningkat dengan cepat mengikut kedalaman laut akibat perubahan suhu dan tahap kemasinannya. Pynocline ini cenderong bersaman dengan thermocline dan halocline, dan ia memisahkan zon air permukaan lautan daripada air di dasar laut dalam.

 Thermocline adalah zon perubahan suhu yang berlaku dengan cepat di antara air di permukaan laut yang panas dan air yang lebih sejuk mengikut kedalaman lautan.

 Halocline adalah zon menegak air lautan di mana perubahan tahap kemasinan berlaku dengan cepat, dan ianya berada di bawah lapisan permukaan air yang tahap kemasinannya lebih merata campurannya.


OMBAK, LAUT DAN AL - QURAN


 Atau (orang-orang kafir itu keadaannya) adalah umpama keadaan (orang yang di dalam) gelap-gelita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak bertindih ombak; di sebelah atasnya pula awan tebal (demikianlah keadaannya) gelap-gelita berlapis-lapis, apabila orang itu mengeluarkan tangannya, dia tidak dapat melihatnya sama sekali dan (ingatlah) sesiapa yang tidak dijadikan Allah menurut undang-undang peraturanNya mendapat cahaya (hidayat petunjuk) maka dia tidak akan beroleh sebarang cahaya (yang akan memandunya ke jalan yang benar) (Surah An-Nur 24: Ayat 40)


 INGATAN TENTANG OMBAK

 Mawujun min fauqimawjun. Dalam ayat tersebut ada menyatakan tentang kewujudan ombak yang berlapis ombak. Kejadian ini disebabkan oleh ketumpatan air laut dan suhu yang berubah mengikut kedalaman air. Ketumpatan air berubah mengikut kedalaman air disebabkan oleh daya tarikan graviti.

 Senang kata, paling bawah yang paling tumpat, paling atas kurang tumpat dan suhu menjadi semakin rendah bila kedalaman bertambah. Kedua elemen ini bila kita gabungkan akan menghasilkan sifat laut yang berlapis-lapis.

 Lapisan air laut ni bergerak dengan kelajuan yang berbeza dan akan bergeser antara satu sama lain lalu membentuk ombak berlapis antara satu sama lain. Pergerakan air laut ini disebabkan oleh putaran bumi atas paksinya dan juga dinamakan ombak dalaman.

 Atau (orang-orang kafir itu keadaannya) adalah umpama keadaan (orang yang di dalam) gelap-gelita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak bertindih ombak; di sebelah atasnya pula awan tebal (demikianlah keadaannya) gelap-gelita berlapis-lapis, apabila orang itu mengeluarkan tangannya, dia tidak dapat melihatnya sama sekali dan (ingatlah) sesiapa yang tidak dijadikan Allah menurut undang-undang peraturanNya mendapat cahaya (hidayat petunjuk) maka dia tidak akan beroleh sebarang cahaya (yang akan memandunya ke jalan yang benar)
 (Surah An-Nur 24: Ayat 40)


 KEGELAPAN LAUT DALAM

 Prof. Durga Rao, seorang pakar dalam bidang Geologi Marin dan bekas professor di Universiti King Abdul Aziz, Jeddah, telah di minta memberi pendapatnya mengenai ayat Al-Qur’an dalam surah yang disebutkan di atas:

 Prof. Rao menyatakan bahawa hanya para saintis pada masakini dengan bantuan peralatan moden dapat mengesahkan bahawa adanya kegelapan di dasar laut. Manusia tidak boleh menyelam di dasar laut tanpa bantuan peralatan pada kedalaman melebehi 20-30 meter, dan tidak boleh hidup di kawasan dasar laut pada kedalaman melebehi 200 meter. Ayat di atas tidak merujuk kepada kepada semua lautan kerana tidak semua lautan di dapati mempunyai lapisan-lapisan tahap kegelapan. Ayat ini merujuk khusus kepada lautan dalam, seperti mana yang disebut oleh ayat ini : “kegelapan di lautan dalam yang luas.” Lapisan kegelapan di lautan dalam ini terjadi akibat dari 2 sebab:

 1. Satu sinaran cahaya terdiri daripada 7 jalur warna, iaitu ungu, biru nila (gelap), biru, hijau, kuning, oren dan merah (VIBGYOR). Sinaran cahaya ini akan mengalami pembiasan/pemantulan apabila ianya mengenai air. Lapisan air 10-15 meter teratas akan menyerap warna merah. Oleh itu jika seorang penyelam menyelam sedalam 25 meter ke bawah laut dan terluka, ia tidak akan dapat melihat warna merah darahnya, kerana sinar warna merah ini tidak dapat menembusi kedalaman ini. Begitu juga sinar warna oren akan diserap pada kedalaman 50-100 meter, hijau pada kedalaman 100-200 meter, biru pada kedalaman melebehi 200 meter, sinar ungu dan biru nila pada kedalaman melebehi dari lapisan tersebut Akibat dari kehilangan berperingkat sinar warna ini, dari satu lapisan ke lapisan yang lain, lautan menjadi bertambah gelap secara berperingkat. Kegelapan bertambah mengikut lapisan penyerapan sinar warna. Di bawah kedalaman 1000 meter , ianya menjadi gelap-gulita.

 2. Sinaran matahari diserap oleh kepulan awan ,yang mana ia membias/memantulkan sinaran cahaya mengakibatkan lapisan gelap di bawah awan. Ini merupakan lapisan pertama kegelapan.. Apabila sinaran cahaya ini sampai ke permukaan laut, ianya dibiaskan/dipantul oleh permukaan ombak menyebabkab adanya sinar pada permukaan air. Oleh itu ombak membias/memantulkan cahaya dan mengakibatkan kegelapan. Sinar cahaya yang tidak dipantul akan menembusi ke dalam lautan. Oleh itu lautan mempunyai dua bahagian, iaitu permukaan laut yang bercirikan cahaya dan kepanasan, dan laut dalam yang bercirikan kegelapan. Permukaannya pula dipisahkan daripada bahagian dalamnya oleh ombak.

 Ombak dalaman menutupi air dalam di bahagian bawah lautan kerana air di bahagian dalam ini mempunyai kepadatan yang lebih tinggi berbanding dengan air di bahagian atasnya.

 Kegelapan bermula di bawah ombak dalaman, sehinggakan ikan-ikan di bahagian air dalam ini tidak dapat melihat; sumber cahaya bagi mereka adalah dari tubuh ikan-ikan itu sendiri.

 Ini bertepatan dengan apa yang dinyatakan oleh Al-Qur’an:

 “Kegelapan di dalam lautan dalam yang meluas, ditutupi ombak-ombak, yang di atasnya lagi ditutupi ombak-ombak”.

 Dengan lain perkataan, di atas ombak ini ada lebih banyak jenis ombak, iaitu yang terdapat di permukaan lautan. Al-Qur’an menyatakan lagi, “di atasnya ditutupi awan (gelap), kegelapan yang berlapis-lapis, satu di atas yang lain”.

 Awan-awan ini adalah lapisan –lapisan penghadang , satu di atas yang lain, yang seterusnya menyebabkan kegelapan akibat penyerapan warna-warna pada peringkat-peringkat yang berbeda.

 Prof. Durga menyimpulkan dengan menyatakan: “Pada 1400 tahun yang lalu, seorang manusia biasa tidak dapat menerangkan fenomena ini dengan begitu terperinci. Oleh itu keterangan ini semestinya datang dari suatu sumber yang luarbiasa”.

 Al-Quran bukan lah semata-mata untuk kita rungkai kan fakta-fakta sains sahaja,, tetapi amaran-amaran serta iktibar-iktibar yang terdapat di dalam nya juga perlu kita semadikan dalam hati. Para sahabat dahulu "Kami dengar dan kami taat" tanpa perlu pembuktian sains. mereka tetap yakin. mereka adalah Haqqul Yaqin. Semoga kita boleh mencapai darjat seperti mereka di sisi Allah Swt selepas sedikit Ainul Yaqin.
GUNUNG SEBAGAI PASAK BUMI




 Al Qur’an mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung.


 "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)


 Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi.


 Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern.


 Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.


 Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut:


 Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma. (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305)


 Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah perumpamaan sebagai "pasak":


 "Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?" (Al Qur'an, 78:6-7)


 Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.


 Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah "isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut:


 Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster's New Twentieth Century Dictionary, 2. edition "Isostasy", New York, s. 975)


 Peranan penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Qur’an berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung dalam ciptaan Allah.


 "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)
 Diposkan oleh Ibnu Rusdian


 Disalin dengan sedikit ubahsuai dari : http://​imenk05.blogspot.com/2009/​07/fungsi-gunung.html


 Lagi artikel berkainan : http://www.harunyahya.com/​malaysian/keajaiban02.php


 Sesungguhnya orang yang beriman itu ialah orang yang apabila disebutkan Allah akan gementar hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya (ayat-ayat Allah) akan bertambahlah iman mereka, dan kepada Rab (Tuhan) mereka bertawakal. ( Surah an-Anfal : Ayat 2 ) 
NISBAH AIR DAN DARAT DALAM AL QURAN




 Di dalam Al-Quran, kata “Daratan” (berr, yabas) disebut sebanyak 13 kali, sedangkan kata “Lautan” (bahr) disebut sebanyak 32 kali (termasuk didalamnya untuk kategori danau & sungai). 


 Jika kita hitung nisbahnya maka “Daratan” & “Laut” adalah 13 berbanding 32 atau dalam matematik ditulis 13 : 32. Jumlah keduanya adalah 13 + 32 = 45.


 " Merujuk bentangan Daratan di bumi ini adalah 13 / 45 = 28,888 % = 29 %
 dan bentangan Lautan di bumi ini adalah 32 / 45 = 71.111% = 71 %


 Untuk membenarkannya melalui sains sahabat boleh merujuk Wikipedia. Berikut adalah data yang dipetik daripadanya berkenaan land (darat) dan water (air atau laut) sahaja:


 148,940,000 km² land (29.2 %)
 361,132,000 km² water (70.8 %)






 * * *




 Setelah menyusun ayat-ayat yang mengandungi kalimat laut dan darat kami mendapati jumlah mereka adalah seperti berikut:


 Darat 12 ayat
 Laut 39 ayat


 Atau diringkaskan kepada peratus seperti bagi land dan water tadi lalu menjadi:


 Darat 23.5294117% (atau 23.5%) dan,
 Laut 76.4705882% (atau 76.5%)


 Terdapat perbezaan antara peratus di Wikipedia dengan peratus daripada jumlah ayat-ayat yang kami kumpul. Dalam perbezaan itu terdapat ada yang meningkat (bagi laut atau water) dan ada yang menurun (bagi darat atau land). Peningkatan dan penurunan adalah dengan kiraan 5.7% (29.2 - 23.5 = 5.7 dan 76.5 - 70.8 =5.7).


 Perbezaan yang nampak adalah antara data daripada al-Qur'an (diturunkan lebih 1400 tahun lalu) dan Wikipedia (dengan data terkini, menurut ukuran hari ini).


 Sedia maklum iaitu paras laut meningkat dari semasa ke semasa, dan pada waktu yang sama, luas darat disempitkan dengannya. Sila rujuk artikel Sinking Feeling yang berkaitan.


 Timbul satu pertanyaan pula. Mungkinkah peningkatan dan penurunan tersebut (sebanyak 5.7%) telah berlaku dalam tempoh masa lebih 1400 tahun? Dan tentu akan meningkat lebih cepat, misalan dalam tempoh 100 tahun akan datang, dengan kewujudan masalah ozone yang disebut-sebut dewasa ini.


 Selanjutnya didapati kejadian kekurangan pada keluasan permukaan bumi sudah lama dimaklumkan Allah melalui ayat al-Qur'an berbunyi,


 "Tidakkah mereka melihat bagaimana Kami datang ke bumi (atau darat pada hemat kami) dengan menguranginya di tepi-tepinya?" (13:41)


 Ayat atau maksud yang sama didapati diulang lagi di dalam ayat 21:44. Di sini timbul pertanyaan yang serupa - mungkinkah bumi yang tepi-tepinya dikurangkan telah dikurangkan sebanyak 5.7% sehingga hari ini, bermula dari tarikh al-Qur'an diturunkan dahulu?


 Sekian apa yang kami fikirkan berlaku ekoran daripada perbezaan jumlah ayat laut dan darat yang ditemui oleh tiga pihak. Betulkan mana yang silap. Terima kasih.


 Allah disanjung!






 Tambahan


 Kiraan kami di atas berdasarkan jumlah ayat yang mengandungi perkataan laut dan darat. Baik juga dilihat kepada kekerapan perkataan-perkataan itu disebut di dalam al-Qur'an, menurut pendekatan yang telah diguna.


 Kekerapan mereka adalah seperti berikut:


 Darat - 12 kali disebut, dan
 Laut - 41 kali.


 Sementara hitungan dalam peratus bagi mereka pula adalah:


 Darat - 22.6415094% (atau 22.6%)
 Laut - 77.3584905% (atau 77.4%)


 Maka terdapat keluasan darat pada hari ini (29.2% menurut Wikipedia) adalah lebih besar daripada keluasan mengikut kiraan berapa kali kalimatnya disebut di dalam al-Qur'an, yang diturunkan lebih 1400 tahun lalu.


 Ini tidak mungkin berlaku kerana tepi-tepi bumi telah dikurangkan Allah, menurut ayat 13:41 yang diturunkan di atas.


 Apapun, kiraan yang dibuat di halaman ini hanya terbit daripada pendapat bahawa peratus keluasan darat dan laut dapat diketahui dengan mengira berapa kali kalimat-kalimat itu disebut di dalam al-Qur'an. Dan ia tidak berhenti di situ. Selanjutnya, jumlah ayat-ayat mereka pula dikira.


 Bagi kami amalan serupa ini baik. Yang benar harus terus dicari tanpa henti. Apatah lagi apabila didapati bahawa Allah sendiri mengambil kira segala yang dikurangi daripada bumi, dengan ia dicatat di dalam sebuah kitab yang berada di sisi-Nya. Ayat di bawah menjelaskan:


 "Kami mengetahui apa yang bumi mengurangi daripada mereka; di sisi Kami ada sebuah kitab yang mencatat." (50:4)


 Terima kasih kepada dua sahabat yang telah menyemarakkan perbincangan hingga sampai ke sini. Dan di sini juga adalah saat bagi kami mengundurkan diri.


 Salam.
PROSES PEMBENTUKAN HUJAN


 Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan..

 Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat.

 Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan,

 "Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira" (Al Qur'an, 30:48)


 Tahap pertama dalam proses pembentukan hujan adalah perlepasan butiran-butiran air ke udara. Setelah itu, butiran-butiran air dalam awan yang baru saja terbentuk akan melayang di udara untuk kemudian menebal, menjadi jenuh, dan turun sebagai hujan. Seluruh tahapan ini disebutkan dalam Al Qur'an. Kini, mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.



 TAHAP KE-1: "Dialah Allah Yang mengirimkan angin..."

 Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut "perangkap air".



 TAHAP KE-2: “...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal..."

 Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.



 TAHAP KE-3: "...lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya..."

 Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

 Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.




 Dalam sebuah ayat, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan:

 "Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (Al Qur'an, 24:43)

 Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:


 TAHAP - 1, Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin.

 TAHAP - 2, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.

 TAHAP - 3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat.
 Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya.

 Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan ais mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan ais ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan ais, dsb. (Anthes, Richard A.; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans A. Panofsky, 1981, The Atmosphere, s. 269; Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975, Elements of Meteorology, s. 141-142)

 Kita harus ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dsb. Sungguh jelas bahwa Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu.
7 LAPISAN BUMI
 Oleh Dr. Mohamad Daudah


 Allah juga berfirman, ‘Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.’ (ath-Thalaq: 12)

 Ketika para ilmuwan mulai meneliti lembah-lembah di bumi untuk mengenal struktur dan unsur-unsurnya, mereka menemukan mitos dan dongeng yang mendominasi abad-abad terakhir itu tidak memiliki dasar ilmiah. Setelah para ilmuwan menemukan bahwa bumi berbentuk bulat telur, maka mereka menduga bahwa inti bola bumi ini mempunyai suatu nukleus, dan cangkangnya adalah kerak bumi yang sangat tipis jika dibandingkan dengan ukuran bumi. Dan antara dua lapisan ini ada lapisan ketiga yang biasa disebut dengan kata mantel. Ini merupakan pengetahuan awal para ilmuwan.


 Perkembangan Fakta-fakta Ilmiah

 Teori Tiga Lapisan ini tidak cukup lama bertahan karena penemuan-penemuan yang terbaru di sistem geologi. Pengukuran-Pengukuran dan percobaan-percobaan terbaru menunjukkan bahwa Artikel yang berisi nukleus dari bumi itu berada di bawah tekanan yang sangat tinggi, tiga juta kali lebih dari permukaan bumi.

 Di bawah tekanan seperti itu, zat berubah bentuk menjadi solid, dan hal ini pada gilirannya membuat inti bumi itu sangat solid. Inti bumi ini dikelilingi suatu lapisan zat cair dengan suhu yang sangat tinggi. Ini berarti bahwa ada dua lapisan di dalam inti bumi, bukan satu. Satu lapisan di dalam pusat yang dikelilingi lapisan zat cair.

 Hal itu diketahui sesudah alat-alat pengukur dikembangkan dan memberi para ilmuwan suatu perbedaan yang jelas antar lapisan-lapisan bumi bagian dalam. Jika kita turun ke bawah bumi yang keras, kita akan menemukan lapisan batu-batu yang sangat panas, yaitu batu yang berfungsi untuk membungkus. Setelah itu ada tiga lapisan terpisah, di mana masing-masing itu berbeda kepadatan, tekanan dan suhu yang berbeda-beda.

 Oleh karena itu para ilmuwan mengklasifikasi lapisan-lapisan bumi menjadi tujuh lapisan, tidak lebih. Gambar menunjukkan lapisan-lapisan ini dengan dimensi masing (beberapa di luar skala), sesuai yang ditemukan para ilmuwan baru-baru ini dengan berbagai metode seperti menggunakan alat pengukur gempa bumi dan studi medan magnetik bumi, dan juga teknik-teknik yang lain. Berbagai studi dan penemuan tersebut saat ini diajarkan kepada para mahasiswa fisika di berbagai universitas.

 Gambar ini menunjukkan tujuh lapisan Bumi, memberitahukan bahwa kerak bumi adalah lapisan sangat tipis yang disusul dengan mantel dengan berbeda-beda ketebalannya, lalu disusul lapisan-lapsan yang terdiri zat cair, dan diakhiri dengan yang lapisan ketujuh, yaitu nukleus padat.

 Para ilmuwan juga menemukan bahwa atom terdiri dari tujuh lapisan atau tingkatan, dan hal ini membuktikan keseragaman ciptaan, di mana bumi mempunyai tujuh lapisan dan atom-atom mempunyai tujuh lapisan juga. Subhanallah.

 Tujuh lapisan bumi itu sangat berbeda-beda dari segi struktur, kepadatan, suhu dan bahannya. Oleh karena itu, tidak seorang pun menganggap bumi itu hanya mempunyai satu lapisan sebagai orang di masa lampau berpikir. Di sini kita menemukan bahwa pemikiran bahwa bumi mempunyai lapisan-lapisan merupakan berkara baru dan tidak dikenal atau yang dikemukakan pada waktu al-Qur’an itu sedang diturunkan. Penemuan-penemuan ini dikemukakan para ilmuwan abad 21 kepada kita, tetapi sejak dahulu Kitab Allah telah memberitahu kita tentang hal tersebut.



 Informasi di dalam al-Qur’an al-Karim

 Al-Qur’an al-Karim, perkataan Tuhan, menuturkan kepada kita tentang tujuh lapisan langit dan tujuh lapisan bumi di dalam dua ayat berikut:

 ‘Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?’ (al-Mulk: 3)

 Allah juga berfirman, ‘Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.’ (ath-Thalaq: 12) Ayat pertama bericara kepada kedua tentang dua sifat langit: bilangan langit itu, yaitu tujuh, dan bentuk langit, yaitu berlapis-lapis. Inilah arti kata thibaqan yang kita temukan di dalam kitab-kitab tafsir al-Qur’an dan kamus-kamus bahasa Arab. Sedangkan ayat kedua menegaskan bahwa bumi itu menyerupai langit, dan hal itu diungkapkan dengan kalimat, ‘Dan seperti itu pula bumi.’ Sebagaimana langit itu berlapis-lapis, maka begitu pula bumi, dan masing-masing jumlahnya tujuh lapisan.



 Informasi dalam Sunnah

 Seandainya kita meneliti hadits-hadits Rasulullah saw, maka kita menemukan sebuah hadits yang menegaskan keberadaan tujuh lapis bumi, maksudnya tujuh lapis yang sebagiannya membungkus sebagian yang lain. Nabi saw bersabda, ‘Barangsiapa yang menyerobot sejengkal tanah, maka Allah akan menimbunnya dengan tujuh lapis bumi.’ (HR Bukhari) Kata menimbun di sini diungkapkan dengan kata thawwaqa yang secara bahasa berarti meliputinya dari semua sisi.

 Pertanyaannya di sini adalah: Bukankah hal ini merupakan mukjizat Nabawi yang besar? Bukankah hadits yang mulia ini telah menentukan bilangan lapisan bumi, yaitu tujuh, dan menentukan bentuk lapisan itu, yaitu meliputi dan menyelubungi. Bahkan hadits ini memuat sinyal tentang bentuk bulat atau semi-bulat. Al-Qur'an dan Sunnah telah mendahului ilmu pengetahuan modern dalam mengungkapkan fakta yang ilmiah ini. Selain itu, al-Qur'an juga telah memberi kita penelasan yang tepat mengenai struktur bumi dengan menggunakan kata thibaqan
SPEKTRUM WARNA DI WAKTU SOLAT



 Ditanya Nabi SAW, apakah amalan yang sebaiknya, maka bersabda Nabi : Solat di awal waktunya” ( Riwayat oleh At-Tirmidzi dan Abu Daud, Al-Albani menshohihkannya)

 Nabi SAW bersabda. Ertinya : “Tangguhlah sehingga sejuk bagi solat zohor, kerana kekuatan panas (matahari) adalah dari bahang neraka jahannam.” ( Hadith shohih riwayat Al-Bukhari)

 Setiap peralihan waktu solat sebenarnya menunjukkan perubahan tenaga alam ini yang boleh diukur dan dicerap melalui perubahan warna alam.



 * * *



 SUBUH

 Waktu solat subuh adalah dimulai setelah terbit fajar shadiq sampai terbitnya matahari.

 Pada waktu Subuh alam berada dalam spektrum warna biru muda yang bersamaan dengan frekuensi tiroid yang mempengaruhi sistem metabolisma tubuh. Jadi warna biru muda atau waktu Subuh mempunyai rahsia berkaitan dengan penawar/rezeki dan komunikasi.

 Mereka yang kerap tertinggal waktu Subuhnya ataupun terlewat secara berulang-ulang kali, lama kelamaan akan menghadapi masalah komunikasi dan rezeki.

 Ini kerana tenaga alam iaitu biru muda tidak dapat diserap oleh tiroid yang mesti berlaku dalam keadaan roh dan jasad bercantum (keserentakan ruang dan masa) - dalam erti kata lain jaga daripada tidur.

 Disini juga dapat kita cungkil akan rahsia diperintahkan solat diawal waktu. Bermulanya saja azan Subuh, tenaga alam pada waktu itu berada pada tahap optimum. Tenaga inilah yang akan diserap oleh tubuh melalui konsep resonan pada waktu rukuk dan sujud. Jadi mereka yang terlewat Subuhnya sebenar sudah mendapat tenaga yang tidak optimum lagi.



 ZUHUR

 Waktu solat zuhur adalah dimulai sejak matahari tergelincir ke barat dan berakhir di saat bayangan sesuatu benda seperti kayu panjang itu sama betul panjangnya dengan kayu tersebut.

 Warna alam seterusnya berubah ke warna hijau (isyraq & dhuha) dan kemudian warna kuning menandakan masuknya waktu Zohor. Spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi perut dan hati yang berkaitan dengan sistem penghadaman.

 Warna kuning ini mempunyai rahsia yang berkaitan dengan keceriaan. Jadi mereka yang selalu ketinggalan atau terlewat Zuhurnya berulang-ulang kali dalam hidupnya akan menghadapi masalah di perut dan hilang sifat cerianya. Orang yang tengah sakit perut ceria tak ?



 ASAR

 Waktu solat asar adalah dimulai setelah waktu Zuhur tamat, iaitu ketika bayangan sesuatu benda seperti kayu panjang, sama panjang dengan bendanya dan berakhir setelah matahari terbenam.

 Warna alam akan berubah kepada warna oren, iaitu masuknya waktu Asar di mana spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi prostat, uterus, ovari dan testis yang merangkumi sistem reproduktif. Rahsia warna oren ialah kreativiti.

 Orang yang kerap tertinggal Asar akan hilang daya kreativitinya dan lebih malang lagi kalau di waktu Asar ni jasad dan roh seseorang ini terpisah (tidur la tu ...). Dan jangan lupa, tenaga pada waktu Asar ni amat diperlukan oleh organ-organ reproduktif kita ;)



 MAGHRIB

 Waktu solat mahgrib adalah dimulai setelah terbenamnya matahari dan berakhir apabila mega merah telah hilang dan tidak kelihatan.

 Menjelang waktu Maghrib, alam berubah ke warna merah dan di waktu ini kita kerap dinasihatkan oleh orang-orang tua agar tidak berada di luar rumah. Ini kerana spektrum warna pada waktu ini menghampiri frekuensi jin dan iblis (infra-red) dan ini bermakna jin dan iblis pada waktu ini amat bertenaga kerana mereka resonan dengan alam.

 Mereka yang sedang dalam perjalanan juga seelok-eloknya berhenti dahulu pada waktu ini (solat Maghrib dulu la ...) kerana banyak interferens (pembelauan) berlaku pada waktu ini yang boleh mengelirukan mata kita. Rahsia waktu Maghrib atau warna merah ialah keyakinan, pada frekuensi otot, saraf dan tulang.



 ISYA

 Waktu solat isyak adalah dimulai setelah hilangnya mega merah sampai terbitnya fajar shadiq iaitu subuh.

 Apabila masuk waktu Isyak, alam berubah ke warna Indigo dan seterusnya memasuki fasa Kegelapan. Waktu Isyak ini menyimpan rahsia ketenteraman dan kedamaian di mana frekuensinya bersamaan dengan sistem kawalan otak.

 Mereka yang kerap ketinggalan Isyaknya akan selalu berada dalam kegelisahan. Alam sekarang berada dalam Kegelapan dan sebetulnya, inilah waktu tidur dalam Islam. Tidur pada waktu ini dipanggil tidur delta dimana keseluruhan sistem tubuh berada dalam kerehatan.

 Selepas tengah malam, alam mula bersinar kembali dengan warna putih, merah jambu dan seterusnya ungu di mana ianya bersamaan dengan frekuensi kelenjar pineal, pituitari, talamus dan hipotalamus.

 Tubuh sepatutnya bangkit kembali pada waktu ini dan dalam Islam waktu ini dipanggil Qiamullail.




 * * *




 Begitulah secara ringkas perkaitan waktu solat dengan warna alam. Manusia kini sememangnya telah sedar akan kepentingan tenaga alam ini dan inilah faktor adanya bermacam-macam kaedah meditasi yang dicipta seperti taichi, qi-gong dan sebagainya.

 Semuanya dicipta untuk menyerap tenaga-tenaga alam ke sistem tubuh. Kita sebagai umat Islam sepatutnya bersyukur kerana telah di'kurniakan' syariat solat oleh Allah s.w.t tanpa perlu kita memikirkan bagaimana hendak menyerap tenaga alam ini.

 Hakikat ini seharusnya menginsafkan kita bahawa Allah s.w.t mewajibkan solat ke atas hambanya atas sifat pengasih dan penyayang-Nya sebagai pencipta kerana Dia tahu hamba-Nya ini amat-amat memerlukannya.