25 Juli, 2008

Memahami


Mencoba memahami adalah sesuatu yang amat berat untuk dilaksanakan, mengingat dengan pasti akan sangat membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit, belum lagi harus menahan bagaimana caranya agar hati ini dapat menerima semuanya dengan lapang dada, karena kenyataan yang harus diterima ternyata amat sangat bertentangan dengan harapan serta dambaan akan terwujudnya sesuatu cita cita yang dahulunya sempat porak poranda.

Sampai pada titik yang akhirnya harus kembali mencoba menyusun serta membersihkan kembali bangunan yang tadinya sempat hancur diterpa badai, supaya dapat tetap di pergunakan sesuai dengan fungsi semula, yaitu sebagai tempat berteduh dari gangguan dan cuaca yang terkadang tidak dapat bersahabat dengan manusia, walaupun tidak mungkin dapat seindah awalnya.

Andai saja....andai saja......andaikan.....

Andai saja dimasa sebelumnya kita dapat memilih atau menentukan arah serta jalan hidup ini, mungkin peristiwa pahit dan memilukan tak akan pernah dialami manusia di muka bumi ini.

Seharusnya sudah bisa menjadi pedoman bagi generasi selanjutnya, apa apa yang terjadi dimasa lalu dari generasi sebelumnya ternyata, bukannya semakin dapat di jadikan pelajaran berharga, jangan sampai hal tersebut terjadi pada dirinya, tapi malah mencoba untuk menjalaninya, entahlah, mungkin style atau gaya manusia modern alias insan masa kini yang lebih merasa zaman atau era modernisasi telah datang, yang dulunya dianggap sangat tabu, kini menjadi sesuatu yang amat lumrah serta wajar atau mungkin ada presepsi yang terlintas pada benak mereka bahwa hal hal tersebut sudah biasa, atau bukanlah hal yang aneh.

Di akhir perjalanan ini, dalam lubuk hati sanubari yang amat sangat terdalam berujung kepada suatu kesimpulan yang mungkin dapat menambah kekuatan hati untuk mencoba menerima bahwa segala KEINGINAN HATI seorang manusia tidaklah mungkin dapat terwujud tanpa ridha dari Yang Maha Kuasa atas semua alam jagat raya serta makhluk ciptaanNya.

Berawal dan berakhir dari ridha, berkah, karunia serta takdirNya atas segala kehidupan seorang insan manusia dimuka bumi ini serta kehidupan lain sesudah kehidupan dibumi ini, atau alam lain sesudah kematian, bagi yang mengimaniNya, kita diingatkan bahwa menjadi tegar, tabah, tawaqal, jujur, nrimo' serta berlapang dada dan berjiwa besar dalam menyikapi suatu permasalah yang mungkin datang dengan tingkat kerumitan yang berbeda di setiap orang, adalah kunci utama yang membuat manusia menjadi lebih terlihat mulia dibanding makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya.

Saat ini yang semakin sulit untuk dikendalikan oleh hati nurani manusia yaitu adalah perasaan emosi, marah, nafsu angkara murka, yang dapat disejajarkan dengan definisi atas ketidak berdayaan hati nurani manusia untuk menerima segala cobaan hidup, yang mungkin jika dengan logika serta hati yang dingin kita dapat lebih berpikir dengan akal sehat untuk mencari bagaimana jalan keluar serta solusi atas permasalah yang sedang datang dalam kehidupan manusia, tentunya dengan konotasi pemecahan yang logis serta wajar dan seharusnya menambah rasa atau perasaan dekat atau mencoba untuk memohon, kata yang tepat yaitu ber " DO'A " kepada sang Illahi, Yang menguasai langit, bumi serta segala isiNya.

Allahu Akbar......astagfirullah.....alhamdulillah....dsb, mungkin kalimat kalimatlah itu yang seharusnya keluar dari mulut kita, bukannya umpatan, makian, atau kalimat kalimat kotor, bahkan yang lebih parah lagi mengunjingkan sesama muslim, naudzubillah....

Cara yang paling intelektual serta kelihatan sangat bermakna lebih mulia dimata sesama insan manusia dan Allah SWT yaitu, diam, karena diam itu terkadang emas, karena ucapan kekesalan atau cerita kita kepada orang lain terkadang adala pedang untuk membuat kita semakin memperuncing masalah yang sedang terjadi. Mencari kesibukan yang lebih berarti, mencari kawan atau sahabat yang dapat membantu dan mensuport kita agar kita bisa melewati semua permasalahan dengan lebih damai.

Mungkin fase tersebut diatas bila sudah dapat dilalui oleh seseorang, dengan damai dan dapat terselesaikan hingga tuntas dan apik, tanpa ada rasa dendam kesumat pada pihak yang merasa terzalimi, mungkin seharusnya bisa kita memberikan award bahwa manusia manusia ini sudah DEWASA dengan arti dan serta realita yang sebenar benarnya, tanpa basa basi atau embel embel yang saat ini banyak kita lihat disekitar dan lingkungan kita yaitu MUNAFIK dengan definisi lain dimulut dan juga lain dihati segalanya bertolak belakang, naudzubillah min dzalik....orang orang dalam golongan ini mungkin adalah salah satu sifat yang amat dimurkai oleh baginda rasul dan Allah SWT. Semoga saya dijauhkan dari sifat tersebut ya Allah.....

Tidak ada komentar: